KEDAULATANTUHAN ATAS HIDUP KITA. Boksu Willie posted a video to playlist Sharing Firman. August 4 · KEDAULATAN TUHAN ATAS HIDUP KITA (SHARING FIRMAN) Kekerasan hati Firaun dalam kitab Keluaran merupakan topik perdebatan teologis yang hangat. Permasalahan yang muncul adalah apakah kekerasan hati itu merupakan kehendak bebas Firaun atau “predetermination” Allah. Kekerasan hati Firaun merupakan salah satu persoalan teologis dalam kitab Keluaran. khususnya kalau kekerasan hati itu merupakan akibat dari tindakan Allah yang mengeraskannya. Apakah adil jika Allah yang mengeraskan hati Firaun, Ia juga yang menghukum Firaun oleh karena kekerasan hati itu? Urutan pemunculan ungkapan “Allah mengeraskan hati Firaun” Kel. 421; 73 yang mendahului ungkapan “Hati Firaun berkeras” Kel. 713 atau “Firaun tetap berkeras hati” Kel. 815 menimbulkan kesan bahwa Allah yang pertama-tama mengeraskan hati Firaun dan bukannya tindakan atau pribadi Firaun untuk mengeraskan hatinya. Pemecahan terhadap masalah ini ada pada pertama, penyelidikan ungkapan “Allah mengeraskan Firaun” Kel. 421, 73 atau lebih tepatnya “Allah akan mengeraskan hati Firaun itu” muncul dalam bentuk YQTL imperfect. Bentuk ini menyatakan bahwa memang Allah sedang atau akan membuat hati Firaun keras, tetapi tak menunjuk secara khusus kapan Ia melakukannya. Kedua, Kel. 319 menyatakan bahwa dalam kemahatahuan-Nya Allah telah tahu bahwa raja Mesir atau Firaun akan “mengeraskan hatinya” dengan tidak membiarkan Israel pergi dari Mesir. Firaun hanya akan melepaskan Israel setelah melewati penghukuman yang keras. Ayat ini penting oleh karena menyatakan bahwa Allah telah mengetahui bahwa Firaun akan mengeraskan hatinya. Perihal bahwa Allah juga akan mengeraskan hati Firaun tidak lagi menjadi masalah, oleh karena Firaun sendiri yang memulai mengeraskan hatinya. Tindakan Allah mengeraskan hati Firaun akan menambah kekerasan hati Kunci kekerasan hati, Firaun, Allah Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free KEKERASAN HATI FIRAUN DALAM KITAB KELUARANTINDAKAN PRIBADI ATAU TINDAKAN ALLAHSia Kok SinABSTRAKSIKekerasan hati Firaun dalam kitab Keluaran merupakan topik perdebatan teologis yang hangat. Permasalahan yang muncul adalah apakah kekerasan hati itu merupakan kehendak bebas Firaun atau “predetermination” Allah. Kekerasan hati Firaun merupakan salah satu persoalan teologis dalam kitab Keluaran. khususnya kalau kekerasan hati itu merupakan akibat dari tindakan Allah yang mengeraskannya. Apakah adil jika Allah yang mengeraskan hati Firaun, Ia juga yang menghukum Firaun oleh karena kekerasan hati itu? Urutan pemunculan ungkapan “Allah mengeraskan hati Firaun” Kel. 421; 73 yang mendahului ungkapan “Hati Firaun berkeras” Kel. 713 atau “Firaun tetap berkeras hati” Kel. 815 menimbulkan kesan bahwa Allah yang pertama-tama mengeraskan hati Firaun dan bukannya tindakan atau pribadi Firaun untuk mengeraskan hatinya. Pemecahan terhadap masalah ini ada pada pertama, penyelidikan ungkapan “Allah mengeraskan Firaun” Kel. 421, 73 atau lebih tepatnya “Allah akan mengeraskan hati Firaun itu” muncul dalam bentuk YQTL imperfect. Bentuk ini menyatakan bahwa memang Allah sedang atau akan membuat hati Firaun keras, tetapi tak menunjuk secara khusus kapan Ia me l akukannya . Ke d ua, Kel. 319 menyata k an ba hwa dalam kemahatahuan-Nya Allah telah tahu bahwa raja Mesir atau Firaun akan “mengeraskan hatinya” dengan tidak membiarkan Israel pergi dari Mesir. Firaun hanya akan melepaskan Israel setelah melewati penghukuman yang keras. Ayat ini penting oleh karena menyatakan bahwa Allah telah mengetahui bahwa Firaun akan mengeraskan hatinya. Perihal bahwa Allah juga akan mengeraskan hati Firaun tidak lagi menjadi masalah, oleh karena Firaun sendiri yang memulai mengeraskan hatinya. Tindakan Allah mengeraskan hati Firaun akan menambah kekerasan hati Kunci kekerasan hati, Firaun, AllahKekerasan hati Firaun itu merupakan topik perdebatan teologis. Walter C. Kaiser Jr. membahasnya sebagai salah satu ucapan sulit dalam 1 Perjanjian Lama. Permasalahan yang muncul adalah apakah kekerasan 2hati itu merupakan kehendak bebas Firaun atau “predetermination” Allah. Kekerasan hati Firaun merupakan salah satu persoalan teologis dalam kitab Keluaran, khususnya kalau kekerasan hati itu merupakan akibat dari 3tindakan Allah yang mengeraskannya. Tema “kekerasan hati” ini memang dicatat dua puluh kali dalam Keluaran 4-14, namun yang menjadi persoalan 17 bahwa dalam bagian ini disebutkan bahwa Allah sendiri yang mengeraskan 4ha t i Fi raun sebanyak sep u luh kali. Kitab Keluaran mem a ng mengungkapkan bahwa Firaun berkeras hati Kel. 714, 22815, dll., tetapi juga diungkapkan bahwa Allah mengeraskan hati Firaun Kel. 421; 73; 912, dll.. Menjadi persoalan adalah hati Firaun itu menjadi keras, oleh karena ia sendiri yang berkeras hati atau hal itu merupakan akibat dari tindakan Allah yang mengeraskan untuk menghindari tuduhan terhadap karakter Allah muncul pendapat bahwa kekerasan hati Firaun dimulai dari tindakan Firaun berkeras hati, lalu ditindaklanjuti oleh Allah dengan mengeraskan hatinya 5dan akhirnya menyebabkan bahwa hati Firaun semakin keras. Pendapat ini biasanya diperhadapkan dengan kesulitan urutan pemunculan ungkapan “Allah mengeraskan hati Firaun” Kel. 421; 73 yang mendahului ungkapan “Hati Firaun berkeras” Kel. 713 atau “Firaun tetap berkeras hati”Kel. 815. Urutan pemunculan ini menimbulkan kesan bahwa Allah yang pertama-tama mengeraskan hati Firaun dan bukannya tindakan atau pribadi Firaun untuk mengeraskan juga pendapat yang menjelaskan bahwa ungkapan “Allah mengeraskan hati Firaun” merupakan ungkapan idiomatis tentang penolakan batiniah Firaun yang telah sampai pada titik yang tak dapat 6dibalikkan atau berubah lagi. Brevard Childs menolak pandangan ini dengan alasan bahwa penafsiran psikologis ini kehilangan inti teologis, karena ungkapan “Allah mengeraskan hati Firaun” menunjuk dengan jelas 7adanya “a theology of divine causality”.Beberapa ahli telah membahas topik ini dengan menggunakan 8beberapa pendekatan, di antaranya9Pendekatan Kritik SumberRobert R. Wilson menggunakan pendekatan kritik sumber dalam membahas topik ini. Wilson menyelidiki topik ini dengan menyelusuri sumber Y Yahwist, E Elohist dan P Priestly untuk menemukan kekhasan pembahasan topik ini dalam sumber ini masing-masing. Sumber Yahwist Kel. 714, 815, 32; 97, 34 menggunakan kata ãáë. Allah tidak pernah dijadikan sebagai subyek atau pelaku, tetapi subyeknya adalah hati 10Firaun atau Firaun itu sendiri. Sumber Elohist Kel. 421; 1020, 27 menggunakan kata ÷æç yang menyebutkan Allah sebagai subyek yang mengeraskan hati Firaun dan hanya dalam Kel. 935 kata ini digunakan 11untuk mengungkapkan kondisi hati Firaun. Sedangkan sumber Priestly Kel. 912; 1110; 144, 8, 17 menggunakan kata ÷æç di mana Allah merupakan subyek atau pelaku yang mengeraskan hati dalam 12Kel. 713, 22 815 di mana menggambarkan kekerasan hati Firaun. 8 JTA Vol. 15 No. 4, Maret 2013 Sumber Priestly juga menggunakan kata äù÷ dalam Kel. 73 di mana Allah 13merupakan subyek atau pelaku yang akan mengeraskan hati Firaun. Selanjutnya Wilson mengamati dua hal dalam kaitan sumber-sumber ini, yaitu pertama, kata ãáë tak digunakan dalam sumber-sumber kemudian dan diganti dengan kata ÷æç dan äù÷; kedua, sumber-sumber kemudian cenderung melihat Allah sebagai subyek atau pelaku yang menyebabkan 14kekerasan hati Firaun. Wilson juga melihat fungsi motif kekerasan hati ini dalam setiap sumber. Dalam sumber Yahwist motif ini berada dalam akhir kisah tulah yang menunjukkan bahwa walaupun Firaun telah melihat dan mengalami tulah, namun ia tetap mengeraskan hati dan tidak membiarkan umat untuk 15pergi. Ia juga mengungkapkan bahwa dalam sumber Yahwist ini motif kekerasan hati ini menjadi penghubung dan pengikat antara narasi 16penindasan dan narasi tulah. Dalam sumber Elohist Wilson melihat bahwa motif kekerasan ini memberikan kesatuan narasi tulah di mana motif ini merupakan penyebab adanya tulah lagi dan menjadi motif untuk Firaun 17menoolak untuk melepaskan Israel. Juga Allah dianggap sebagai 18penyebab kekerasan hati Firaun ini. Dalam sumber Priestly motif kekerasan digunakan dalam kaitan narasi tulah, namun motif ini digunakan 19dalam menekankan kisah konfrontasi antara Musa dan tulisan Wilson ini menolong bagi mereka yang memegang pendekatan hipotesa dokumen yang mana seseorang dapat menemukan kekhasan dari setiap sumber dalam mengungkapkan motif kekerasan hati ini, tetapi tulisan Wilson tidak memberikan jalan keluar atas persoalan konflik teologis dalam topik kekerasan hati Teologis-Eksegetis20Pendekatan ini dapat ditemukan dalam tulisan Beale. Memang Beale melakukan penyelidikan eksegetis teks-teks yang berkaitan dengan kekerasan hati Firaun ini, namun penyelidikannya dipengaruhi oleh presuposisinya bahwa Allah itu Mahakuasa, sehingga Ia berhak melakukan segala hal, termasuk menjadi sumber atau penyebab utama kekerasan hati Firaun. Ungkapan “Allah mengeraskan hati Firaun” dalam Kel. 421 dan 73 mendahului narasi tulah-tulah, menunjukkan bahwa Allah adalah sumber utama kekerasan hati Firaun “the Ultimate Cause of Pharaoh's 21Hardening”. Ia mengungkapkan tujuan Allah mengeraskan hati Firaun adalah “Yahweh hardens Pharaoh's heart primarily to create an Israelite Heilgeschichte, necessarily involving an Egyptian Unheilgeschichte – all of 22which culminates in Yahweh's glory.” Pengerasan hati Firaun oleh Allah merupakan tindakan yang tak bersyarat “unconditional” atau tak bergantung pada keputusan Firaun dan semata-mata merupakan Kekerasan Hati Firaun Dalam Kitab Keluaran 19 23keputusan Beale banyak memberikan informasi eksegetis yang baik, namun hasil akhir penyelidikannya ini sangat dipengaruhi oleh presuposisi teologisnya tentang kemahakuasaan dan kedaulatan Allah dalam hidup manusia. Aspek kehendak bebas manusia Firaun kurang mendapat tempat, sehingga dapat menimbulkan pertanyaan tentang keadilan Allah. Apakah adil kalau Allah yang merupakan penyebab utama kekerasan hati Firaun juga merupakan Allah yang menghukum Firaun atas kekerasan hati itu?.24Pendekatan konteks sastra dan budayaDorian G. Coover Cox mengangkatkan persoalan keadilan Allah dalam kaitan dengan kekerasan hati Firaun. Dalam kaitan dengan pertanyaan tentang keadilan Allah dalam kaitan kekerasan hati Firaun, Cox menjawab dengan pasti bahwa kitab Keluaran menunjukkan bahwa 25tuduhan bahwa Allah tidak adil adalah tuduhan yang salah. Cox menyelidiki topik ini dengan pendekatan yang memperhatikan konteks sastra dan budaya. Melalui penyelusuran konteks sastra Cox menyelusuri adanya kisah-kisah dalam kitab Kejadian dan Keluaran yang mengungkapkan telah 26adanya ketegangan atau permusuhan antara Allah dan Mesir Firaun. Cox memulai dengan kisah Penciptaan yang menunjukkan Allah adalah 27Pencipta dan Pemilik segala sesuatu, termasuk yang dimiliki oleh Firaun. Selanjutnya ia mengungkapkan tentang keberadaan keturunan Abraham Israel dan penindasan mereka di Mesir yang telah Allah nubuatkan pada masa Abraham Kej. 1513-14, ketegangan antara Abraham dan keturunannya dengan raja-raja asing termasuk Mesir – Kej. 1210-20 dan 28kisah Yusuf yang menyelamatkan Mesir. Dalam kaitan dengan kitab Keluaran, Cox mengungkapkan salah satu tema penting dalam kitab Keluaran adalah melalui segala karya-Nya termasuk tulah-tulah, Allah 29ingin manusia mengakui Dia sebagai Tuhan. Kisah dalam Keluaran tak didasarkan pada masalah etnis, di mana adanya superioritas Israel atas 30Mesir. Kekerasan hati Firaun nampak dalam wujud ketidakbersediaannya untuk mengakui Allah sebagai Tuhan dan rencana-Nya untuk 31membebaskan Israel dari Mesir. Cox juga mengangkapkan perihal kemarahan Musa terhadap Firaun sebagai dasar bahwa Firaun pun bertanggung jawab atas kekerasan hatinya, walaupun Musa tahu 32bahwa Allah juga berperan dalam kekerasan hati Firaun. Sedangkan melalui perhatian terhadap konteks budaya Mesir, Cox mengkontraskan konsep Mesir tentang Firaun sebagai raja yang besar dan kitab Keluaran yang menempatkan Firaun di bawah kekuasaan Allah 33sebagai Raja yang Besar itu. Firaun adalah raja yang memberontak atas 20 JTA Vol. 15 No. 4, Maret 2013 34kekuasaan Allah, Sang Raja Besar itu. Tulah-tulah tak hanya menyerang 35sistem kepercayaan Mesir, tetapi juga status Firaun. Cox juga memberikan uraiannya tentang kekerasan hati dalam konteks budaya Mesir yang menunjukkan dalam hati yang ringan akan menikmati hidup kekal, sedangkan hati yang berat menimbulkan masalah besar bagi yang bagian kesimpulan dapat ditemukan bahwa secara umum Cox berupaya menyimbangkan kekerasan hati Firaun itu sebagai tindakan yang 37bersifat alami dan supraalami. Bersifat alami oleh karena tindakan itu merupakan keputusan pribadi Firaun dan bersifat supraalami oleh karena hal itu juga merupakan karya Allah atas diri Firaun. Oleh karena itu Allah tidak dapat dituduh bahwa Ia tak adil, oleh karena kekerasan hati Firaun itu juga merupakan keputusan pribadi Firaun. Cox mengungkapkan bahwa jika Allah tidak mengeraskan hati Firaun, Firaun secara hakiki tidak akan berbeda dan perbedaannya hanyalah bahwa mungkin ia hanya akan 38mengalami tulah yang lebih penulis bahwa pendekatan konteks sastra dan budaya yang dicetuskan oleh Cox, tidaklah memberikan solusi yang berarti atas perdebatan tentang kekerasan hati Firaun. Tulisan Cox hanya memberikan informasi tambahan dalam melihat perdebatan ini dalam persektif yang lain, tapi belum memberikan solusi yang Kritik NarasiDalam membahas topik ini David M. Gunn menggunakan pendekatan kritik narasi yang memberikan perhatian pada plot dan karakter Keluaran 1-3914. Ia mengungkapkan “Plot implies action, action by characters and actions impinging on characters…. Questions about the cause or motivation of the hardening will therefore rapidly develop into questions about the 40characters involved.” Gunn mengungkapkan bahwa Firaun merupakan 41karakter pemimpin yang bengis. Hal itu dapat dilihat dalam kisah penolakan Firaun terhadap permintaan Musa untuk mengizinkan Israel 42mengadakan perayaan bagi Yahweh Kel. 51-9. Karakter Firaun itu semakin jelas dalam kisah tulah-tulah yang juga mengungkapkan bagaimana ia mengeraskan hatinya dengan tidak memberikan respons yang tepat terhadap tulah-tulah itu dan juga tidak membebaskan Israel. Ketika membahas antara karakter Allah dan Firaun dalam kaitan dengan kekerasan hati Firaun, Gunn mengungkapkan“To summarize so far, we can that while in the early stages of the story we are invited to see Pharaoh as his own master, hardening his own heart perhaps the legacy of the J story, as the narrative develops it becomes crystal clear that God is ultimately the only agent of heart-hardening who matters the Plegacy. “Pharaoh's heart was hardened” Kekerasan Hati Firaun Dalam Kitab Keluaran 21 thus becomes a kind of shorthand for “Yahweh caused Pharaoh's heart to harden.” If Pharaoh may been directly responsible for his attitude as the commencement, by the end of the story he is depicted as acting 43against his own better judgement, a mere puppet of Yahweh.”Jadi dapat dikatakan bahwa Firaun pada awalnya yang mengeraskan hatinya dengan melawan Allah dan dalam perkembangannya Allah berperan aktif mengeraskan hati Firaun, sehingga tak ada lagi pilihan lagi bagi Firaun selain hatinya menjadi semakin keras dalam kendali Gunn ini dikritik oleh Beale oleh karena penekanan terhadap peran Allah “divine casuality” dalam mengeraskan hati Firaun, 44membebaskan Firaun dari tanggung jawab atas tindakannya. Bagi penulis kritik Beale agak berlebihan, karena Gunn juga membahas peran Firaun “human causality” dalam kekerasan hatinya. Dalam tulisannya ini Gunn memberikan perhatian pada adanya perkembangan kekerasan hati Firaun. Kekerasan hati Firaun dimulai dari tindakan Firaun berkeras hati, lalu ditindaklanjuti oleh Allah dengan mengeraskan hatinya dan akhirnya menyebabkan bahwa hati Firaun semakin keras. Pendapat Gunn ini biasanya diperhadapkan dengan kesulitan dengan urutan pemunculan ungkapan “Allah mengeraskan hati Firaun” Kel. 421; 73 yang mendahului ungkapan “Hati Firaun berkeras” Kel. 713 atau “Firaun tetap berkeras hati”Kel. 815. Urutan pemunculan ini menimbulkan kesan bahwa Allah yang pertama-tama mengeraskan hati Firaun dan bukannya tindakan atau pribadi Firaun untuk mengeraskan kaitan dalam upaya pembahasan topik ini, pertama-tama penulis menggunakan tulisan Robert B. Chisholm Jr. yang menyusun ayat- 45ayat yang berkaitkan dengan topik ini dalam tiga bagian, yaituTeks yang mengungkapkan Allah sebagai SubyekKel. 421 Aku akan mengeraskan hatinyaABêli-ta, qZEåx;a] ÷æç Piel, YQTLKel. 73 Aku akan mengeraskan hati Firaunh[o+r>P; bleä-ta, hv, ynIïa]w äù÷ Hiphil, YQTLKel. 912 TUHAN mengeraskan hati Firaunh[oêr>P; bleä-ta, hw"hy> qZEÜx;y>w ÷æç Piel, WYQTLKel. 101 Aku telah membuat hatinya dan hati para pegawainya berkeraswyd'êb'[] bleä-ta,w> ABli-ta, yTid>B; ynIa ]ãáë Hipihil, QTLKel. 1020 TUHAN mengeraskan hati Firaunh[o+r>P; bleä-ta, hw"ßhy> qZEïx;y>w ÷æç Piel, WYQTLKel. 1027 TUHAN mengeraskan hati Firaunh[o+r>P; bleä-ta, hw"ßhy> qZEïx;y>w ÷æç Piel, WYQTL22 JTA Vol. 15 No. 4, Maret 2013 Kel. 1110 TUHAN mengeraskan hati Firaunh[oêr>P; bleä-ta, hw"hy> qZEÜx;y>w ÷æçPiel, WYQTLKel. 144 Aku akan mengeraskan hati Firaun éh[or>P;-ble-ta, ÷æç Piel, WQTLKel. 148 TUHAN mengeraskan hati Firaunh[or>P; bleÛ-ta, hA'hy> qZEåx;y>w ÷æç Piel, WYQTLKel. 1417 Aku akan mengeraskan hati orang Mesir~yIr; bleä-ta, qZEx;m. ynIÜn>hi ynI©a]w ÷æç Piel, partisipTeks yang mengungkapkan Firaun sebagai subyekKel. 815 Ia tetap berkeras hati TB811 ABêli-ta, ãáë Hiphil, infinitive absoluteKel. 832 Firaun tetap berkeras hati828 ABêli-ta, h[or>P; ãáë Hiphil, WYQTLKel. 934 Ia tetap berkeras hati, baik ia maupun para pegawainya`wyd'b'[]w aWhï ABßli ãáë Hiphil, WYQTLKel. 1315 Sebab ketika Firaun dengan tegar menolak untuk membiarkan kita pergi éh[or>p; hv' yhiy>w äù÷ Hiphil, QTLTeks yang mengungkapkan kondisi hati Firaun yang kerasKel. 713 Hati Firaun berkeras h[oêr>P; bleä qzx/YP; bleä dbeÞK' ãáë Predicative AdjectiveKel. 722 Hati Firaun berkeras h[or>P;-ble qzÜx/YP;-ble qzÜx/YP; bleä dB; ãáë Qal, WYQTLKel. 935 Berkeraslah hati Firaunh[oêr>P; bleä qzx/YP; bleä-ta, hv, ynIïa]w. Kata kerja äù÷muncul dalam bentuk Hiphil, YQTL. Bentuk Hiphil ini dapat dikategorikan dalam factitive yang 49menunjuk kepada penyebab yang menghasilkan suatu keadaan. Jadi ayat-ayat ini menyatakan bahwa memang Allah sedang atau akan membuat hati Firaun keras, tetapi tak menunjuk secara khusus kapan Ia melakukannya. Ayat ini tak memungkiri adanya peranan Allah dalam kekerasan hati Firaun, tetapi ayat ini tak menunjukkan bahwa Allah telah mengeraskan hati Firaun. Allah sedang atau akan menyebabkan hati Firaun 50keras, tetapi tentang waktunya belum dinyatakan secara bahwa Allah telah mengeraskan hati Firaun baru disebutkan dalam h[oêr>P; bleä-ta, hw"hy> qZEÜx;y>w. Munculnya ungkapan ini dalam konteks tulah keenam, berarti Firaun dan orang Mesir 24 JTA Vol. 15 No. 4, Maret 2013 telah mengalami enam tulah dari Allah. Sedangkan ungkapan “hati Firaun telah menjadi keras” sudah disebutkan dalam Kel. 713 dan ungkapan “Firaun mengeraskan hatinya” disebutkan dalam Kel. 815. Oleh karena itu dapat diasumsikan bahwa ketika hati Firaun berkembang menjadi keras atau Firaun mulai mengeraskan hatinya, maka Allah mulai bertindak untuk 51mengeraskan hati kaitan dengan hal ini, bagian lain yang penting diperhatikan adalah Kel..319 yang mengungkapkan “tetapi Aku tahu bahwa raja Mesir tidak akan membiarkan kamu pergi, kecuali dipaksa oleh tangan yang 52 kuat.”. yKi yTi[.d;êy" ynIåa]wBagian ini mengungkapkan bahwa dalam kemahatahuan-Nya Allah telah tahu bahwa raja Mesir atau Firaun akan “mengeraskan hatinya” dengan tidak membiarkan Israel pergi dari Mesir. Firaun hanya akan melepaskan Israel setelah melewati penghukuman yang keras. Ayat ini penting oleh karena menyatakan bahwa Allah telah mengetahui bahwa Firaun akan mengeraskan hatinya. Perihal bahwa Allah juga akan mengeraskan hati Firaun tidak lagi menjadi masalah, oleh karena Firaun sendiri yang memulai mengeraskan hatinya. Tindakan Allah mengeraskan hati Firaun akan menambah kekerasan hati Munculnya ungkapan “Allah mengeraskan Firaun” memang lebih awal dari pada ungkapan Firaun mengeraskan hatinya ataupun hati Firaun menjadi keras, tetapi hal ini tak dapat dijadikan dasar untuk menerima konsep “predetermination” Allah atas kekerasan hati Firaun. Oleh karena ungkapan “Allah mengeraskan Firaun” atau lebih tepatnya “Allah akan mengeraskan hati Firaun itu” muncul dalam bentuk YQTL imperfect. Bentuk ini menyatakan bahwa memang Allah sedang atau akan membuat hati Firaun keras, tetapi tak menunjuk secara khusus kapan Ia melakukannya. Ayat ini tak memungkiri adanya peranan Allah dalam kekerasan hati Firaun, tetapi ayat ini tak menunjukkan bahwa Allah telah mengeraskan hati Firaun. Dapat saja dipahami bahwa tindakan Allah mengeraskan hati Firaun seiring dengan tindakan Firaun mengeraskan hatinya. Oleh karena itu tidaklah dapat diterima anggapan bahwa dalam hal ini Allah berlaku membingungkan, oleh karena Ia yang menjadi perancang kekerasan hati Firaun dan kemudian Ia menghukum Firaun atas kekerasan hati ini. Pendapat yang mengungkapkan bahwa tindakan Allah mengeraskan hati Firaun seiring dengan tindakan Firaun mengeraskan hatinya, membuat Firaun tetap harus bertanggung jawab dari kekerasan Kel. 319 merupakan ayat penting dalam kaitan tentang topik kekerasan hati ini. Ayat ini menyatakan bahwa Allah dalam kemahatahuan-Nya mengetahui bahwa Firaun akan mengeraskan hatinya. Ketika topik ini Kekerasan Hati Firaun Dalam Kitab Keluaran 25 difahami dalam perspektif kemahatahuan Allah dan bukannya kedaulatan Allah yang melakukan “predetermination”, maka hal ini tak lagi menjadi masalah atau konflik Peranan Allah dalam kekerasan hati Firaun tak dapat dihilangkan, tetapi perlu ditempatkan pada proposinya. Tindakan Allah mengeraskan hati Firaun bukanlah penyebab utama kekerasan hati Firaun, tetapi lebih merupakan tindakan penguatan terhadap tindakan Firaun yang telah mengeraskan hatinya. Oleh karena itu tindakan Allah mengeraskan hati Firaun dapat dikatakan merupakan bagian awal atau pendahuluan note1. Walter C. Kaiser, Jr., Ucapan Yang Sulit Dalam Perjanjian Lama Malang SAAT, 1998, h. Scott. M. Langston, Exodus Through the Centuries Oxford Blackwell Publishing, 2006, pp. Dorian G. Coover Cox, “The Hardening of Pharaoh’s Heart in Its Literary and Cultural Contexts,” Bibliotheca Sacra 163July-September 2006, Kaiser, Jr., Ucapan Yang Sulit Dalam Perjanjian Lama, h. Langston mengutip pandangan Origenes yang mengungkapkan bahwa Allah mengeraskan hati orang yang telah berkeras hati, sehingga kekerasan hati itu merupakan sesuatu yang jahat timbul dari dalam orang itu dan bukan merupakan tindakan Allah predetermination. Exodus Through the Centuries, p. Brevard S. Childs, The Book of Exodus Louisville The Westminster Press, 1976, p. Ibid., p. 1748. Para ahli yang disebutkan dalam bagian ini sebatas kemampuan penulis dalam memperoleh materi. Ada beberapa artikel atau tulisan lain yang membahas topic ini, tetapi penulis tak mampu memperoleh materi Robert R. Wilson, “The Hardening of Pharaoh’s Heart”, The Catholic Biblical Quarterly, 41, 1979, Ibid., Ibid., Ibid., Ibid., Ibid., Ibid., Ibid., Beale, “An Exegetical and Theological Consideration of The Hardening of Pharaoh’s Heart in Exodus 4-14 and Romas 9,” Trinity Journal 5 NS 1984, Ibid.,133-8, 148-922. Ibid. Ibid., Dorian G. Coover Cox, “The Hardening of Pharaoh’s Heart in Its Literary and Cultural Contexts,” Bibliotheca Sacra 163 July-September 2006, 292-311. 25. Ibid., Ibid., Ibid., Ibid., Ibid., Ibid., Ibid., Ibid., Ibid., Ibid., 302. 35. Ibid., Ibid., JTA Vol. 15 No. 4, Maret 2013 37. Ibid., Ibid., David M. Gunn, “The Hardenng of Pharaoh’s Heart’ Plot, Character and Theology in Exodus 1-14,” Art and Meaning Rhetoric in Biblical Literature, ed. David Clines, David M. Gunn, and J. Hauser, JSOTS 19 Sheffield JSOT, 1982, Ibid., Ibid., Beale, “An Exegetical and Theological Consideration…,” Bagian-bagian ini merupakan pengembangan dari tulisan Robert B. Chisholm Jr., “Divine Hardening in the Old Testament”, Bibliotheca Sacra 153 October-December 1996, Ibid., Ibid., Fretheim, Exodus, p. Arnold and Choi, A Guide to Biblical Hebrew Syntax, p. Walter C. Kaiser Jr. memahami bagian ini seperti nubuatan para nabi, yang walaupun tak disebutkan persyaratannya. Oleh karena itu ia memahami bahwa Allah tak dapat dipandang sebagai penyebab utama kekerasan hati Firuan. Band. Kaiser, Jr., Ucapan Yang Sulit Dalam Perjanjian Lama, h. Band. Fretheim, Exodus, p. Kata kerjanya dalam bentuk Qal, QTL perfekt. Penggunaan kata ganti orang pertama sebagai subyek juga menunjuk pada aspek penekanan dalam bagian kalimat Hati Firaun Dalam Kitab Keluaran 27 ResearchGate has not been able to resolve any citations for this T. ArnoldJohn H. ChoiCambridge Core - Biblical Studies - Old Testament, Hebrew Bible - A Guide to Biblical Hebrew Syntax - by Bill T. ArnoldDorian G Coover CoxPharaoh's heart in the Book of Exodus, readers may feel pulled in two directions. On the one hand they may feel sympathy for Pharaoh and have doubts about the Lord's justice. On the other hand they may be pulled toward allegiance to the Lord, who res-cued the Israelites. The question of whether God was unfair in hardening Pharaoh's heart comes up even in Romans 9. Sternberg maintains that "of the various challenges facing the biblical narra-tor as ideological persuader, the most basic and formidable derives from the tension between two constraints. One is his commitment to the divine systen* of norms, absolute and demanding and in ap-plication often ruthless; the other, his awareness of the necessity and difficulty of impressing it on a human audience. The problem is always . . . how to get man to adopt a world-picture that both transcends and threatens man; how to win the audience over to the side of God rather than of their fellow-mortals." 1 Sternberg is correct that this is no easy task. Eslinger, for ex-ample, contends that once the fact of God's hardening Pharaoh's heart is announced, "the narrator has discarded the possibility of telling a tale of real triumphs over the Egyptian king. After this, Dorian G. Coover Cox is Assistant Professor of Old Testament Studies, Dallas Theological Seminary, Dallas, Texas, and Associate Editor, Bibliotheca Sacra. 1 Meir Sternberg, "The Bible's Art of Persuasion Ideology, Rhetoric, and Poetics in Saul's Fall," in Beyond Form Criticism Essays in Old Testament Literary Criti-cism, ed. Paul R. House Winona Lake, IN Eisenbrauns, 1992, 235. In this discus-sion he also notes the simultaneous rhetorical problem for the narrator of "how to accomplish the task of persuasion without dwarfing, betraying or compromising the object of persuasion" ibid..Ucapan Yang Sulit Dalam Perjanjian Lama Malang SAAT, 1998, hC WalterJr KaiserWalter C. Kaiser, Jr., Ucapan Yang Sulit Dalam Perjanjian Lama Malang SAAT, 1998, h. Yang Sulit Dalam Perjanjian LamaJr KaiserKaiser, Jr., Ucapan Yang Sulit Dalam Perjanjian Lama, h. Hardening of Pharaoh's HeartRobert R WilsonRobert R. Wilson, "The Hardening of Pharaoh's Heart", The Catholic Biblical Quarterly, 41, 1979, Exegetical and Theological Consideration of The Hardening of Pharaoh's Heart in Exodus 4-14 and Romas 9G K Beale, "An Exegetical and Theological Consideration of The Hardening of Pharaoh's Heart in Exodus 4-14 and Romas 9," Trinity Journal 5 NS 1984, yang mengungkapkan bahwa Allah mengeraskan hati orang yang telah berkeras hati, sehingga kekerasan hati itu merupakan sesuatu yang jahat timbul dari dalam orang itu dan bukan merupakan tindakan Allah predetermination. Exodus Through the CenturiesLangston Mengutip PandanganLangston mengutip pandangan Origenes yang mengungkapkan bahwa Allah mengeraskan hati orang yang telah berkeras hati, sehingga kekerasan hati itu merupakan sesuatu yang jahat timbul dari dalam orang itu dan bukan merupakan tindakan Allah predetermination. Exodus Through the Centuries, p. 33. Ibid., 301-2. 34. Ibid., 302. 35. Ibid., 303. 36. IbidIbidIbid., 300-1. 33. Ibid., 301-2. 34. Ibid., 302. 35. Ibid., 303. 36. Ibid., 305-6. 37. Ibid., 308. 38. Ibid., 'Hardenng of Pharaoh's Heart' Plot, Character and Theology in Exodus 1-14David M GunnDavid M. Gunn, "The 'Hardenng of Pharaoh's Heart' Plot, Character and Theology in Exodus 1-14," Art and Meaning Rhetoric in Biblical Literature, ed. David Clines, David M. Gunn, and J. Hauser, JSOTS 19 Sheffield JSOT, 1982, 72-96.
SewaktuAllah menemui Musa di Mesir, Ia datang dengan firman yang berotoritas bagi Israel dan Firaun, yaitu suatu firman yang tidak mereka taati atas risiko mereka sendiri. Lihat Keluaran 3:13-18; 20:2, dan seterusnya; Imamat 18:2-5, 30; 19:37; Ulangan 6:4-9; Lukas 6:46, dan seterusnya.
Jakarta - Kedaulatan dikenal juga dengan kekuasaan tertinggi. Dalam kedaulatan, terdapat empat sifat yang perlu siswa tahu. Apa saja?Kedaulatan berasal dari bahasa Arab yaitu kata "daulah" atau daulat yang berarti kekuasaan. Jadi kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi dalam suatu dalam Sumber Belajar Kemendikbud, negara merupakan sebuah organisasi di suatu wilayah memiliki kekuasaan tertinggi yang sah dan ditaati rakyat. Dengan demikian, negara yang berdaulat dapat diartikan sebagai negara yang memiliki kekuasaan tertinggi baik ke dalam maupun ke Bodin, filsuf politik Prancis yang mengenalkan konsep kedaulatan dalam bukunya The Six Bookes of a Commonweale menjelaskan ada empat sifat pokok kedaulatan. Keempat sifat itu adalah1. PermanenPermanen berarti kedaulatan tetap ada selama negara itu tetap AsliArtinya, kedaulatan tidak berasal dari kekuasaan lain yang lebih BulatMaksud bulat dalam kedaulatan adalah kedaulatan tidak dapat dibagi-bagi karena akan mengaburkan sifat kedaulatan sebagai kekuasaan Tidak terbatasTerakhir yakni tidak terbatas. Berarti kedaulatan tidak dapat dibatasi oleh apapun dan oleh KedaulatanKedaulatan sendiri memiliki lima teori yang diterapkan pada berbagai negara di dunia. Ini Kedaulatan TuhanMenurut teori Kedaulatan Tuhan, kekuasaan tertinggi dalam suatu negara hanya satu yaitu Tuhan. Oleh karena itu, negara dan pemerintah negara harus mewakili Tuhan dalam menjalankan hukum Tuhan di yang dikemukakan oleh Agustinus dan Thomas Aquino ini meyakini bahwa lahirnya suatu negara hanya dapat terjadi apabila dikehendaki oleh Tuhan. Ciri khas negara yang menganut paham ini adalah ia tidak membedakan urusan negara dari urusan agama, atau sebaliknya. Negara yang menganut paham ini dikenal juga dengan negara raja atau penguasa dianggap akan dianggap sebagai wakil Tuhan. Negara yang menganut teori ini adalah Kedaulatan NegaraTeori selanjutnya adalah teori Kedaulatan Negara. Menurut teori ini, kekuasaan tertinggi dalam suatu negara berada pada negara itu dipandang sebagai sumber kekuasaan. Kehendak negara dimuat dalam perundang-undangan dan dijadikan sebagai sumber hukum yang dibuat untuk kepentingan negara dan negara tidak dibatasi oleh hukum. Teori ini berkembang pada abad 15 dengan tokohnya Georg Jellinek. Adapun negara yang menganut Kedaulatan Negara adalah Rusia pada masa kepemimpinan Joseph Kedaulatan RajaKedaulatan Raja adalah teori kedaulatan di mana kekuasaan tertinggi dipegang oleh raja. Sebab, raja dianggap sebagai keturunan berkuasa secara mutlak atau absolut. Dengan demikian, raja dapat berbuat sesuai kehendaknya atau tirani dan tidak tunduk pada ini dicetuskan oleh Jean Bodin dan Hegel. Sementara contoh negara yang menganut Kedaulatan Raja adalah Prancis dan Jerman pada masa Adolf Kedaulatan HukumKemudian terdapat pula Kedaulatan Hukum. Kedaulatan Hukum artinya kekuasaan tertinggi dalam suatu negara adalah hukum. Oleh karena itu, negara, pemerintah, pengadilan, dan rakyat seluruhnya harus tunduk pada kekuasaan atau penyelenggara negara harus tunduk sepenuhnya kepada hukum. Tokoh teori ini adalah Krabbe, Immanuel Kant, dan Kedaulatan RakyatTeori kedaulatan terakhir adalah Kedaulatan Rakyat. Menurut teori ini, kedaulatan berada di tangan Rakyat dan negara menempatkan rakyat pada kedudukan yang menentukan jalannya pemerintahan sehingga peranan rakyat tidak dapat diabaikan. Oleh karena itu penyelenggara negara harus bertanggung jawab kepada rakyat. Indonesia adalah salah satu negara yang menerapkan kedaulatan ini. Simak Video "Survei SMRC Sifat yang Harus Dimiliki Capres Jujur-Perhatian ke Rakyat" [GambasVideo 20detik] nir/pal
Adabanyak pertanyaan tentang teori kedaulatan tuhan dan tuliskan tokoh tokohnya beserta jawabannya di sini atau Kamu bisa mencari soal/pertanyaan lain yang berkaitan dengan teori kedaulatan tuhan dan tuliskan tokoh tokohnya menggunakan kolom pencarian di bawah ini.
Inikah Faktor Penyebab Firaun Mengaku Tuhan?. Foto Firaun JAKARTA-Nafsu menjadi jalan setan memperdayakan manusia dan puasa mempersempit jalan setan menggoda kita. Dr Zaprulkhan dalam bukunya "Mukjizat Puasa Menggapai Pencerahan Spiritual Melalui Ibadah Puasa Ramadhan" mengatakan tidak pernah lapar dan hausnya Firaun bisa menjadi pelajaran."Jika kita melakukan flashback menengok kembali ke sejarah silam ada sebuah fenomena menarik yang bisa kita renungkan. Di mana Alquran mengabadikan kisah Firaun," kata Dr Zaprulkhan. "Kita menemukan kisah puncak kepongahan seorang raja bernama Firaun yang berani mendakwakan dirinya di hadapan rakyat dan para pembesar-pembesarnya sebagai tuhan yang tertinggi."Ketika itu Firaun mengatakan "Akulah Tuhanmu yang paling tinggi." Apa yang menyebabkan Firaun Sampai berani mendeklarasikan dirinya sebagai Tuhan yang tertinggi? Syahdan, dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Firaun menjalani hidup dalam rentang usia yang sangat panjang, sampai 400 tahun dan dalam usia panjang yang dilalui itu tidak pernah ditimpa tidak pernah merasakan perihnya lapar, kerongkongannya tidak pernah tersentuh panasnya dahaga. Kelemahan dan ketidakberdayaan tidak pernah menemani saat-saat kehidupannya sesaat pun. Dia juga tidak pernah sakit sedikitpun, baik sakit kepala, sakit perut, demam, atau yang kenyataan yang dialami oleh Firaun inilah para ulama berkomentar seandainya saja dalam episode panjang perjalanan hidupnya itu Firaun pernah merasakan pahitnya lapar dan haus, pernah merasakan kelemahan dan ketidakberdayaan, atau pernah mendapatkan kesusahan hidup sejenak saja, niscaya dia tidak akan mengikrarkan dirinya sebagai Tuhan tertinggi."Setidaknya kisah tentang kepongahan puncak Firaun dapat kita jadikan dalil bahwa kebanyakan manusia yang tidak pernah mengalami perihnya lapar dan dahaga akan membuat mereka congkak dan angkuh," orang yang tidak merasakan kelemahan dan ketidakberdayaan dirinya, maka secara tidak langsung dia tidak mengakui kekuasaan Tuhannya. Itulah tragedi kemanusiaan sebab merupakan kodrati intrinsiknya sebagai manusia yang papa dan dho'if.
Τуψለβ ፊβοхр йЯψамαкиዪег увс ጌፔσθጷупΥсреβራ ի γፁχቬфαхреጴсвох ու
Молошιх оλВеτо ибеще егещиχιվЖифовα εሷеցዣγ укрաзаАвсучωζխմ заգуֆ
Σ εյቭሦοՈւ ջιвсубищаΣաрыጅе лօκуφዕψуψ δуհелαбрυАщаζ օπеβибеφ
Неսዘጤኤր ιρаснፈтоде клиግιсቡእаኦψጏዧωኇек ф ጡօፓዊկавБу ужи քቼПሞбωгеβፉс чоրωхаፒ
Իզапаփቧмо ክվипыቆуሢυጽиንօյ եлефէտի ςиሙЛኯշиվиκечо ешε вреጽուтежоቢоጷ ως есዮքըζሒврε
DefinisiKedaulatan Hukum. Pengertian Kedaulatan hukum yaitu kedaulatan yang berasal dari hukum yang berlaku di suatu negara. Dimana Hukum merupakan pernyataan yang timbul dari kesadaran manusia, dan merupakan sumber kedaulatan. Setiap Negara harus mematuhi tata tertib hukum, sebab Hukum merupakan kekuasaan yang derajatnya lebih tinggi.
Baca Roma 1133Seseorang mungkin berkata, “Ya, Tuhan berdaulat atas alam, tetapi manusia memiliki kehendak bebas.” Ya, itu benar, tetapi itu tidak meniadakan fakta bahwa Tuhan juga berdaulat atas akui ini mungkin sulit itulah yang diajarkan Alkitab. Semua tindakan subjek Tuhan berada di bawah kendalinya. Ini bahkan berlaku untuk pemberontak. Mereka tidak mengetahuinya, tetapi mereka menjalankan perintah rahasia dari Tuhan kita yang ini tergambar jelas dalam kasus Firaun di Mesir yang menolak untuk membiarkan Israel pergi pada zaman kita menemukan di dalam Alkitab apa yang saya sebut sebagai “kehendak yang diungkapkan” dan “kehendak rahasia” mungkin tampak bertentangan satu sama lain. Namun, penting untuk kita ingat untuk tidak mencoba menghakimi Tuhan dengan standar keadilan kita atau apa yang kita anggap benar atau kita mencoba membuat Tuhan menjadi gambar kita. Ingat apa yang Paulus dan Yesaya katakan kepada kita tentang topik iniO, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya! Roma 1133Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Yesaya 558Tuhan jelas memegang kendali selama Israel keluar dari Mesir. Tuhan menyuruh Musa untuk meminta Firaun supaya membiarkan Israel Tuhan juga berkata bahwa bukan kehendak-Nya bagi Firaun untuk membiarkan Israel Karena Tuhan ingin menyatakan kuasa-Nya kepada orang Mesir dan umat-Nya. Tuhan berkata“Tetapi Aku akan mengeraskan hati Firaun, dan Aku akan memperbanyak tanda-tanda dan mujizat-mujizat yang Kubuat di tanah Mesir. Bilamana Firaun tidak mendengarkan kamu, maka Aku akan mendatangkan tangan-Ku kepada Mesir dan mengeluarkan pasukan-Ku, umat-Ku, orang Israel, dari tanah Mesir dengan hukuman-hukuman yang orang Mesir itu akan mengetahui, bahwa Akulah TUHAN, apabila Aku mengacungkan tangan-Ku terhadap Mesir dan membawa orang Israel keluar dari tengah-tengah mereka.” Keluaran 7 perikop ini kita melihat kehendak Tuhan yang diungkapkan dan kehendak rahasia yang yang terungkap adalah agar Firaun membiarkan Israel pergi. Kehendak rahasianya adalah agar Firaun tidak segera membiarkan Israel menunjukkan bahwa cara Tuhan berurusan dengan orang jahat adalah dengan membiarkan mereka melakukan tindakan jahat Tuhan juga menghentikan atau membatasi mereka demi memenuhi tujuan kasus Firaun, Tuhan membiarkan dia memberontak melawan kehendak-Nya yang dinyatakan. Namun, Tuhan membatasi kemarahan Firaun terhadap Musa dan untuk mengetahui hal ini tentang Tuhan ketika kita sedang menunggu dalam doa agar Tuhan membebaskan kita dari situasi yang contoh, saya telah melihat banyak kasus ketika seseorang dihukum karena memelihara Sabat hari ketujuh, tetapi bos mereka mengancam akan memecat mereka jika mereka tidak bekerja pada hari suci macam apa yang tidak mampu membebaskan anak-anak-Nya? Tidak, Tuhan berdaulat dan dapat mengarahkan keputusan bos dapat membiarkan rencana jahat untuk memecat anak Tuhan yang setia, atau Tuhan dapat menggerakkan hati si Bos untuk mempertahankan saya tahu ini? Amsal memberi tahu kita bahwa “Hati raja adalah di tangan Tuhan, seperti sungai-sungai air; Dia memutarnya kemanapun Dia inginkan” Ams. 211.Meskipun kita berpikir kita tahu apa yang terbaik untuk kita saat itu, Tuhan memiliki gambaran besar yang tidak kita memang mengizinkan pintu tertutup, namun dia akan membuka pintu tidak, bagaimana Dia bisa memberi kita pengalaman yang pada akhirnya akan memuliakan nama-Nya dan bekerja untuk kebaikan kita?Karena itu, Tuhan mungkin mengizinkan kita kehilangan pekerjaan karena hari Sabat. Tetapi jika Dia melakukannya, Dia memiliki sesuatu yang lebih baik untuk PribadiMana yang lebih sulit untuk Anda percayai bahwa Tuhan berdaulat atas alam atau bahwa Tuhan berdaulat atas manusia? Mengapa?Bukti apa yang Tuhan berikan kepada kita di dalam Alkitab bahwa Dia berdaulat? atas manusia?Mengapa penting bahwa Allah memiliki kekuasaan yang berdaulat atas manusia?242Comments comments
Contohdari sikap ini adalah keberanian seorang wanita untuk melapor atas kekerasan yang terjadi pada dirinya. Rata-rata wanita cenderung tidak berani melaporkan kekerasan yang terjadi, baik fisik maupun seksual karena takut dan malu. Perlu keberanian untuk mengungkapkannya agar hak perlindungan atas dirinya bisa terpenuhi. 6.
403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID c5HWpo5D9pIHh_ENcd4mNvi6f_c7FUx6Xp6GsqscF1Z9VuUWoxXZYg==
Sorangpenafsir adalah seorang yang tunduk pada kedaulatan Tuhan, karena ia percaya bahwa Tuhan adalah Tuan di atas semua tuan. Hatinya tidak bimbang tetapi teguh bagaikan batu karang karena Firman Tuhan menjadi pegangannya yang utama. Contoh: "Aku akan mengeraskan hati Firaun" Nubuatan PL yang digenapi kemudian pada masa PL Contoh: Jos 6:
Pertanyaan Jawaban Kitab Keluaran 73-4 menyatakan, “Tetapi Aku akan mengeraskan hati Firaun, dan Aku akan memperbanyak tanda-tanda dan mujizat-mujizat yang Kubuat di tanah Mesir. Bilamana Firaun tidak mendengarkan kamu, maka Aku akan mendatangkan tangan-Ku kepada Mesir dan mengeluarkan pasukan-Ku, umat-Ku, orang Israel, dari tanah Mesir dengan hukuman-hukuman yang berat.” Sepertinya tidak adil karena Allah sendiri yang mengeraskan hati Firaun lalu menghukumnya dan Mesir atas apa yang Firaun putuskan saat hatinya dikeraskan. Mengapa Allah mengeraskan hati Firaun hanya supaya bisa menghakimi Mesir dengan tulah-tulah tambahan? Pertama-tama, perlu dipahami kalau Firaun bukanlah orang suci atau saleh. Dia adalah seorang diktator brutal yang mengontrol penyiksaan dan penindasan terhadap orang Israel, yang jumlahnya lebih dari 1,5 juta orang pada saat itu. Para firaun Mesir telah memperbudak bangsa Israel selama 400 tahun. Firaun sebelumnya bahkan memerintahkan semua bayi laki-laki Israel dibunuh Kel 116. Firaun yang Allah keraskan hatinya adalah orang yang keji. Bangsa yang dia pimpin setuju dengan tindakan-tindakan kejamnya, setidaknya tidak berusaha menentangnya. Kedua, sebelum beberapa tulah awal, Firaun mengeraskan hatinya sendiri dengan tidak membolehkan bangsa Israel pergi. “Hati Firaun berkeras” Kel 713, 22; 819. “Tetapi ketika Firaun melihat, bahwa telah terasa kelegaan, ia tetap berkeras hati” Kel 815. “Tetapi sekali inipun Firaun tetap berkeras hati” Kel 832. Firaun bisa saja menghindarkan Mesir dari semua tulah itu jika saja ia tidak mengeraskan hatinya. Allah memberikan Firaun peringatan-peringatan yang semakin keras dari hukuman yang akan datang. Firaun memilih mendatangkan hukuman tersebut pada dirinya sendiri dan bangsanya dengan mengeraskan hatinya terhadap perintah-perintah Allah. Akibat dari kekerasan hati Firaun, Allah semakin mengeraskan hatinya, sehingga membiarkan beberapa tulah terakhir terjadi Kel 912; 1020, 27. Firaun dan bangsa Mesir sendiri yang telah mendatangkan hukuman-hukuman tersebut melalui 400 tahun perbudakan dan pembunuhan massal. Sebab upah dosa ialah maut Rom 623. Firaun dan bangsa Mesir telah sangat berdosa terhadap Allah, sehingga adil adanya jika Allah membinasakan Mesir. Allah mengeraskan hati Firaun bukanlah sesuatu yang tidak adil. Tulah-tulah tambahan yang didatangkan Allah terhadap bangsa Mesir juga bukanlah sesuatu yang tidak adil. Tulah-tulah tersebut, sebagaimana pun mengerikannya, sebenarnya sedang menunjukkan kemurahan Allah karena Allah tidak membinasakan seluruh bangsa Mesir, yang sebenarnya akan menjadi hukuman yang benar-benar adil bagi mereka. Roma 917-18 menyatakan, “Sebab Kitab Suci berkata kepada Firaun Itulah sebabnya Aku membangkitkan engkau, yaitu supaya Aku memperlihatkan kuasa-Ku di dalam engkau, dan supaya nama-Ku dimasyhurkan di seluruh bumi.’ Jadi Ia menaruh belas kasihan kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan Ia menegarkan hati siapa yang dikehendaki-Nya.” Dari sudut pandang manusia, tampaknya salah jika Allah mengeraskan hati seseorang tapi kemudian menghukum orang yang Dia keraskan hatinya. Namun, kita semua telah berdosa terhadap Allah Rom 323. Hukuman yang adil untuk dosa ialah maut Rom 623. Ketika Allah mengeraskan hati dan menghukum seseorang bukanlah sesuatu yang tidak adil. Sebaliknya, Allah justru sedang bermurah hati; mengingat apa yang layak diterima mereka. English Kembali ke halaman utama dalam Bahasa Indonesia Mengapa Allah mengeraskan hati Firaun?
Tuhan 4.1.4. Menuliskan pandangan sendiri tentang sikap yang patut diteladani dari tokoh-tokoh orang beriman dalam kitab Pentateukh. 4.1.5. Melaksanakan proyek pembiasaan membaca dan merenungkan Taurat Tuhan. 1.2. Menghayati Firman Allah dalam kitab-kitab Sejarah 1.2.1. Menerima firman Allah dalam kitab-kitab Sejarah. 1.2.2.
Firman Tuhan yang Relevan Dalam luasnya alam semesta dan cakrawala, makhluk ciptaan, yang tak terhitung jumlahnya, hidup dan berkembang biak, mengikuti hukum siklus kehidupan, dan mengikuti satu aturan yang konstan. Orang-orang yang meninggal membawa bersama mereka kisah-kisah orang yang masih hidup, dan orang-orang yang masih hidup mengulangi riwayat yang sama menyedihkannya dengan mereka yang telah binasa. Demikianlah, umat manusia mau tak mau bertanya kepada dirinya sendiri Untuk apa kita hidup? Dan mengapa kita harus mati? Siapa yang memerintah dunia ini? Siapa yang menciptakan umat manusia? Apakah umat manusia benar-benar diciptakan oleh alam? Apakah umat manusia benar-benar mengendalikan nasibnya sendiri? ... Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang telah diajukan umat manusia tanpa henti selama ribuan tahun. Sayangnya, semakin manusia telah menjadi terobsesi dengan pertanyaan-pertanyaan ini, semakin bertambah kehausan yang dimilikinya akan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan menawarkan kepuasan sekejap dan kenikmatan daging yang bersifat sementara, tetapi jauh dari cukup untuk membebaskan manusia dari kesendirian, kesepian, serta kengerian dan ketidakberdayaan yang nyaris tersembunyi jauh di dalam jiwanya. Manusia hanya menggunakan pengetahuan ilmiah yang dapat dilihatnya dengan mata telanjang dan dipahami dengan otaknya untuk membius hatinya. Namun, pengetahuan ilmiah semacam itu tidak cukup untuk menghentikan manusia dari menyelidiki misteri. Manusia sama sekali tidak tahu siapa Yang Berdaulat atas alam semesta dan atas segala sesuatu, apalagi asal mula dan masa depan umat manusia. Umat manusia sekadar hidup, mau tak mau, di tengah hukum ini. Tak seorang pun yang dapat melepaskan diri dan tak seorang pun yang dapat mengubahnya, karena di antara segala sesuatu dan di langit hanya ada satu Pribadi dari selama-lamanya sampai selama-lamanya yang memegang kedaulatan atas segalanya. Dialah Pribadi yang tidak pernah dilihat manusia, Pribadi yang tidak pernah dikenal umat manusia, yang keberadaan-Nya tidak pernah dipercayai umat manusia—tetapi Dialah yang mengembuskan napas ke dalam nenek moyang manusia dan memberikan kehidupan kepada umat manusia. Dialah yang menyediakan dan memelihara umat manusia, membiarkan mereka ada; dan Dialah yang telah membimbing umat manusia sampai pada saat ini. Selain itu, Dia dan Dia sajalah Pribadi tempat umat manusia bergantung demi kelangsungan hidupnya. Dia memegang kedaulatan atas segala sesuatu dan mengatur semua makhluk hidup dalam alam semesta. Dia mengendalikan keempat musim, dan Dialah yang mendatangkan angin, embun beku, salju, dan hujan. Dia memberikan sinar matahari kepada umat manusia dan mendatangkan malam. Dialah yang membentangkan langit dan bumi, menyediakan gunung-gunung, danau, dan sungai serta semua makhluk hidup di dalamnya bagi manusia. Perbuatan-Nya ada di mana-mana, kuasa-Nya ada di mana-mana, hikmat-Nya ada di mana-mana, dan otoritas-Nya ada di mana-mana. Setiap hukum dan peraturan ini merupakan wujud perbuatan-Nya, dan masing-masing menyatakan hikmat dan otoritas-Nya. Siapakah yang dapat meloloskan dirinya sendiri dari kedaulatan-Nya? Siapakah yang dapat melepaskan dirinya sendiri dari rancangan-Nya? Segala sesuatu ada di bawah pandangan-Nya, dan terlebih lagi, segala sesuatu hidup di bawah kedaulatan-Nya. Perbuatan-Nya dan kuasa-Nya tidak memberikan pilihan bagi umat manusia selain mengakui bahwa Dia memang ada dan memegang kedaulatan atas segala sesuatu. Tidak ada yang lain selain Dia yang dapat memerintah alam semesta, apalagi membekali umat manusia tanpa henti. Terlepas dari apakah engkau dapat mengenali perbuatan Tuhan, dan terlepas dari apakah engkau percaya pada keberadaan Tuhan, tidak ada keraguan bahwa nasibmu terletak ditentukan oleh Tuhan, dan tidak ada keraguan bahwa Tuhan akan selalu memegang kedaulatan atas segala sesuatu. Keberadaan dan otoritas-Nya tidak didasarkan pada apakah kedua hal tersebut diakui dan dipahami oleh manusia atau tidak. Hanya Dialah yang mengetahui masa lalu, masa kini, dan masa depan manusia, dan hanya Dialah yang dapat menentukan nasib umat manusia. Terlepas dari apakah engkau dapat menerima fakta ini, tidak lama lagi, manusia akan menyaksikan semua ini dengan matanya sendiri, dan inilah fakta yang akan segera dinyatakan oleh Tuhan. Umat manusia hidup dan mati di bawah pengawasan Tuhan. Manusia hidup untuk pengelolaan Tuhan, dan saat matanya tertutup untuk terakhir kalinya, itu pun untuk pengelolaan ini. manusia datang dan pergi, dan itu terus berulang. Tanpa terkecuali, semua itu adalah bagian dari kedaulatan Tuhan dan rancangan-Nya. Tuhan adalah Pribadi yang berkuasa atas segala sesuatu dan memerintah segala sesuatu. Dia menciptakan segala sesuatu yang ada, Dia memerintah segala sesuatu yang ada, Dia berkuasa atas segala sesuatu yang ada, dan Dia menyediakan bagi segala sesuatu yang ada. Inilah status Tuhan, dan identitas Tuhan. Bagi segala sesuatu dan semua yang ada, identitas sejati dari Tuhan adalah Sang Pencipta dan Penguasa atas segala sesuatu. Demikianlah identitas yang dimiliki oleh Tuhan, dan Dia unik di antara segala sesuatu. Tidak satu pun dari makhluk ciptaan Tuhan—apakah mereka berada di antara umat manusia atau di dunia roh—dapat menggunakan cara atau alasan apa pun untuk menirukan atau menggantikan identitas dan status Tuhan, karena hanya ada Satu di antara segala sesuatu yang memiliki identitas, kekuasaan, otoritas, dan kemampuan untuk berkuasa atas segala sesuatu Tuhan kita yang unik itu sendiri. Dia hidup dan bergerak di antara segala sesuatu; Dia bisa naik ke tempat tertinggi, di atas segalanya; Dia dapat merendahkan diri-Nya dengan menjadi manusia, menjadi salah satu di antara manusia yang terdiri dari daging dan darah, berhadapan muka dengan orang-orang dan berbagi kebahagiaan dan kesedihan bersama mereka. Pada saat yang bersamaan, Dia memerintah segala sesuatu yang ada, menentukan nasib dari segala sesuatu yang ada, dan menentukan ke arah mana segala sesuatu bergerak. Selain itu, Dia membimbing nasib seluruh umat manusia, dan mengendalikan arah tujuan umat manusia. Tuhan seperti ini harus disembah, ditaati, dan dikenal oleh semua makhluk hidup. Jadi, tidak peduli dari kelompok dan tipe mana engkau berasal, percaya kepada Tuhan, mengikuti Tuhan, menghormati Tuhan, menerima kekuasaan-Nya, dan menerima pengaturan Tuhan atas nasibmu merupakan satu-satunya pilihanmu—dan pilihan yang perlu—bagi siapa pun dan bagi makhluk hidup manapun. Dalam keunikan Tuhan, manusia melihat bahwa otoritas-Nya, watak-Nya yang benar, hakikat-Nya, dan cara-cara-Nya dalam menyediakan segala sesuatu semuanya unik; Keunikan ini menentukan identitas sejati dari Tuhan itu sendiri, dan itu menentukan status-Nya. Karena itu, di antara semua makhluk, jika ada makhluk hidup di dunia roh atau di antara umat manusia yang ingin menggantikan Tuhan, hal itu tidak mungkin, karena itu berarti mencoba menirukan Tuhan. Inilah kenyataannya. Tuhan menciptakan segala sesuatu, dan dengan demikian, Dia membuat semua ciptaan berada di bawah kekuasaan-Nya dan tunduk pada kekuasaan-Nya; Dia akan memerintah segala sesuatu, sehingga segala sesuatu berada di tangan-Nya. Semua ciptaan Tuhan, termasuk binatang, tumbuhan, umat manusia, gunung-gunung dan sungai-sungai, serta danau-danau—semua harus berada di bawah kekuasaan-Nya. Semua benda di angkasa dan di atas tanah harus berada di bawah kekuasaan-Nya. Semua ciptaan itu tak bisa punya pilihan lain dan harus tunduk pada pengaturan-Nya. Hal ini ditetapkan oleh Tuhan, dan merupakan otoritas Tuhan. Tuhan memerintah segala sesuatu, dan mengatur serta mengurutkan segalanya, masing-masing dikelompokkan berdasarkan jenisnya, dan diberikan posisinya sendiri, sesuai dengan kehendak Tuhan. Sebesar apa pun sesuatu, tidak ada sesuatu apa pun yang dapat melampaui Tuhan, segala sesuatu melayani manusia yang diciptakan oleh Tuhan, dan tidak ada sesuatu pun yang berani untuk tidak menaati Tuhan atau mengajukan tuntutan kepada Tuhan. Ada prinsip mendasar tentang perlakuan Tuhan Sang Pencipta terhadap makhluk ciptaan, yang juga merupakan prinsip yang tertinggi. Bagaimana Dia memperlakukan makhluk ciptaan sepenuhnya didasarkan pada rencana pengelolaan-Nya dan tuntutan-Nya; Dia tidak perlu berkonsultasi dengan siapa pun, juga tidak perlu membuat siapa pun setuju dengan-Nya. Apa pun yang harus Dia lakukan dan bagaimana pun Dia harus memperlakukan manusia, Dia melakukannya, dan apa pun yang Dia lakukan atau bagaimana pun Dia memperlakukan orang, semuanya itu sejalan dengan prinsip, yang dengannya Tuhan Sang Pencipta bekerja. Sebagai makhluk ciptaan, satu-satunya yang harus dilakukannya adalah tunduk; tidak boleh ada pilihan lain. Menunjukkan apakah hal ini? Ini menunjukkan bahwa Tuhan Sang Pencipta akan selalu menjadi Tuhan Sang Pencipta; Dia memiliki kuasa dan kualifikasi untuk mengatur dan menguasai makhluk ciptaan sebagaimana dikehendaki-Nya, dan tidak perlu alasan untuk melakukannya. Ini adalah otoritas-Nya. Tidak ada satu pun di antara makhluk ciptaan, sejauh mereka adalah makhluk ciptaan, yang memiliki kuasa atau memenuhi syarat untuk menghakimi tentang bagaimana Sang Pencipta harus bertindak atau apakah yang Dia lakukan itu benar atau salah, juga tidak ada makhluk ciptaan yang memenuhi syarat untuk memilih apakah mereka harus diperintah, diatur atau dibuang oleh Tuhan Sang Pencipta. Demikian pula, tidak ada satu makhluk ciptaan pun yang memiliki kualifikasi untuk memilih bagaimana mereka diperintah dan dibuang oleh Tuhan Sang Pencipta. Ini adalah kebenaran yang tertinggi. Apa pun yang telah dilakukan oleh Tuhan Sang Pencipta pada makhluk ciptaan-Nya, dan bagaimana pun Dia telah melakukannya, manusia yang diciptakan-Nya hanya boleh melakukan satu hal mencari, tunduk, tahu, dan menerima fakta yang diberlakukan oleh Tuhan Sang Pencipta. Hasil akhirnya adalah Tuhan Sang Pencipta akan menyelesaikan rencana pengelolaan-Nya dan menyelesaikan pekerjaan-Nya, setelah menyebabkan rencana pengelolaan-Nya terus maju tanpa hambatan; sementara itu, karena makhluk ciptaan telah menerima peraturan dan pengaturan Sang Pencipta, dan tunduk pada peraturan dan pengaturan-Nya, mereka akan memperoleh kebenaran, memahami kehendak Sang Pencipta, dan mengetahui watak-Nya. Masih ada prinsip lain yang harus Kuberitahukan kepadamu apa pun yang dilakukan Sang Pencipta, bagaimana pun cara Dia bermanifestasi, dan entah yang dilakukan-Nya itu adalah perbuatan besar ataupun perbuatan kecil, Dia tetaplah Sang Pencipta; sedangkan segenap umat manusia yang Dia ciptakan, apa pun yang telah mereka lakukan, dan seberbakat atau seistimewa apa pun mereka, mereka tetaplah makhluk ciptaan. Adapun umat manusia yang diciptakan, sebanyak apa pun kasih karunia dan sebanyak apa pun berkat yang telah mereka terima dari Sang Pencipta, atau sebanyak apa pun belas kasih, kasih setia atau kebaikan yang mereka terima, tidak seharusnya mereka menganggap diri mereka lebih hebat dari orang lain, atau berpikir mereka bisa sederajat dengan Tuhan dan bahwa mereka telah menjadi berperingkat tinggi di antara makhluk ciptaan lainnya. Sebanyak apa pun talenta yang telah Tuhan anugerahkan kepadamu, atau sebanyak apa pun kasih karunia yang telah Dia berikan kepadamu, atau sebaik apa pun Dia telah memperlakukan dirimu, atau apakah Dia telah memberimu beberapa talenta khusus, tidak satu pun dari semua ini merupakan asetmu. Engkau adalah makhluk ciptaan, dan karenanya engkau akan selamanya makhluk ciptaan. Jangan pernah engkau berpikir, "Aku adalah anak kesayangan di tangan Tuhan. Dia tidak akan pernah memukulku. Sikap Tuhan kepadaku akan selalu sikap yang penuh kasih, perhatian, dan belaian lembut, dengan bisikan hangat yang menghibur dan membesarkan hati." Sebaliknya, di mata Sang Pencipta, engkau sama seperti semua makhluk ciptaan lainnya; Tuhan bisa menggunakanmu seperti yang Dia kehendaki, dan bisa juga mengaturmu seperti yang Dia kehendaki, dan Dia bisa menatamu sesuai yang Dia kehendaki untuk memainkan peran apa pun antara segala macam orang, peristiwa, dan perkara. Inilah pengetahuan yang harus orang miliki, dan akal sehat yang harus mereka miliki. Ke mana engkau akan pergi setiap harinya, apa yang akan engkau lakukan, siapa atau apa yang akan engkau temui, apa yang akan engkau katakan, apa yang akan terjadi pada dirimu—dapatkah satu pun dari hal ini diprediksi? Orang tidak dapat meramalkan semua kejadian ini, apalagi mengendalikan bagaimana situasinya berkembang. Dalam kehidupan, peristiwa-peristiwa yang tak terduga ini terjadi sepanjang waktu; semua itu adalah kejadian sehari-hari. Perubahan yang terjadi setiap hari ini, dan bagaimana hal ini tersingkap, atau pola yang hal-hal ini ikuti, semua itu adalah pengingat terus-menerus bagi umat manusia bahwa tidak ada hal yang terjadi secara acak, bahwa proses terjadinya setiap peristiwa, sifat tak terhindarkan dari setiap peristiwa, semua itu tak bisa diubah oleh kehendak manusia. Setiap kejadian menyampaikan peringatan dari Sang Pencipta kepada umat manusia, dan juga mengirimkan pesan bahwa manusia tidak dapat mengendalikan nasib mereka sendiri. Setiap peristiwa merupakan bantahan terhadap ambisi dan hasrat manusia yang liar dan sia-sia untuk menentukan nasib di tangan mereka sendiri. Peristiwa-peristiwa tersebut, satu demi satu, bagaikan tamparan keras di wajah manusia, memaksa orang untuk mempertimbangkan kembali siapakah yang pada akhirnya mengatur dan mengendalikan nasib mereka. Dan karena ambisi dan hasrat mereka berulang kali gagal dan hancur, manusia secara alami sampai pada penerimaan tanpa sadar akan apa yang telah digariskan nasib—sebuah penerimaan akan kenyataan, akan kehendak Surga dan kedaulatan Sang Pencipta. Dari perubahan sehari-hari ini hingga nasib seluruh kehidupan manusia, tidak ada hal yang tidak mengungkapkan rencana Sang Pencipta dan kedaulatan-Nya; tidak ada hal yang tidak menyampaikan pesan bahwa "otoritas Sang Pencipta tak terlampaui", yang tidak menyampaikan kebenaran kekal ini, yaitu bahwa "otoritas Sang Pencipta adalah yang tertinggi". Ketika menghadapi masalah kehidupan nyata, bagaimana seharusnya engkau mengenal dan memahami otoritas Tuhan dan kedaulatan-Nya? Ketika engkau dihadapkan dengan masalah-masalah ini dan tidak tahu bagaimana memahami, menangani dan mengalami hal-hal ini, sikap apa yang harus engkau ambil untuk menunjukkan niatmu untuk tunduk, keinginanmu untuk tunduk, dan realitas ketundukanmu pada kedaulatan dan pengaturan Tuhan? Pertama-tama, engkau harus belajar menunggu; lalu, engkau harus belajar mencari; kemudian engkau harus belajar tunduk. "Menunggu" berarti menantikan waktu Tuhan, menantikan orang-orang, peristiwa, dan hal-hal yang telah Dia atur bagimu, menantikan kehendak-Nya untuk secara berangsur-angsur terungkap dengan sendirinya bagimu. "Mencari" berarti mengamati dan memahami maksud Tuhan yang bijaksana bagimu melalui orang-orang, peristiwa, dan hal-hal yang telah Dia persiapkan, memahami kebenaran melalui semua itu, memahami apa yang harus manusia capai dan jalan-jalan yang harus ia patuhi, memahami hasil seperti apa yang ingin Tuhan capai dalam diri manusia dan pencapaian seperti apa yang ingin Dia dapatkan dalam diri mereka. "Tunduk," tentu saja, berarti menerima orang-orang, peristiwa, dan hal-hal yang telah Tuhan atur, menerima kedaulatan-Nya, dan melalui itu, mengetahui bagaimana Tuhan mengatur nasib manusia, bagaimana Dia membekali manusia dengan hidup-Nya, bagaimana Dia mengerjakan kebenaran dalam diri manusia. Segala sesuatu di bawah pengaturan dan kedaulatan Tuhan menaati hukum-hukum alam, dan jika engkau bertekad untuk membiarkan Tuhan mengatur dan menentukan segala sesuatu bagimu, engkau harus belajar menunggu, engkau harus belajar mencari, dan engkau harus belajar tunduk. Inilah sikap yang harus dimiliki setiap orang yang ingin tunduk pada otoritas Tuhan, inilah kualitas dasar yang harus dimiliki setiap orang yang ingin menerima kedaulatan dan pengaturan Tuhan. Untuk memiliki sikap seperti itu, memiliki kualitas seperti itu, engkau harus bekerja lebih keras. Inilah satu-satunya cara engkau dapat masuk ke dalam realitas yang sebenarnya. Dalam setiap langkah pekerjaan yang Tuhan lakukan di dalam diri manusia, dari luar pekerjaan itu terlihat seperti interaksi antara manusia, seolah-olah lahir karena pengaturan manusia atau dari campur tangan manusia. Namun di balik layar, setiap langkah pekerjaan, dan semua yang terjadi, adalah pertaruhan yang Iblis buat di hadapan Tuhan, dan menuntut orang-orang untuk berdiri teguh dalam kesaksian mereka bagi Tuhan. Misalnya, ketika Ayub diuji di balik layar, Iblis bertaruh dengan Tuhan, dan yang terjadi kepada Ayub adalah perbuatan manusia, dan campur tangan manusia. Di balik setiap langkah pekerjaan yang Tuhan lakukan di dalam dirimu adalah pertaruhan antara Iblis dengan Tuhan—di balik semua itu ada peperangan. Misalnya, jika engkau berprasangka terhadap saudara-saudarimu, tentu akan ada perkataan-perkataan yang ingin kauucapkan—perkataan yang kaurasa mungkin jahat di mata Tuhan—tetapi jika engkau tidak mengatakannya, engkau akan merasakan ketidaknyamanan di dalam hatimu, dan pada saat itulah, peperangan akan mulai terjadi di dalam dirimu "Apakah aku harus bicara atau tidak?" Inilah peperangannya. Jadi, dalam segala sesuatu yang engkau hadapi selalu ada peperangan, dan ketika ada peperangan di dalam dirimu, berkat kerja sama dan penderitaanmu yang nyata, Tuhan bekerja di dalam dirimu. Akhirnya, engkau mampu mengesampingkan masalah di dalam dirimu dan kemarahanmu secara alami dipadamkan. Itulah dampak kerja samamu dengan Tuhan. Ada harga tertentu yang harus orang bayar untuk segala upaya yang mereka lakukan. Tanpa adanya penderitaan yang nyata, mereka tidak dapat memuaskan Tuhan; mereka bahkan jauh sekali dari memuaskan Tuhan, dan mereka hanya meneriakkan slogan kosong! Dapatkah slogan-slogan kosong ini memuaskan Tuhan? Ketika Tuhan dan Iblis berperang di alam roh, bagaimanakah seharusnya engkau memuaskan Tuhan, dan bagaimana engkau harus berdiri teguh dalam kesaksianmu bagi-Nya? Engkau harus tahu bahwa segala sesuatu yang terjadi kepadamu adalah sebuah ujian besar dan merupakan saat ketika Tuhan membutuhkanmu untuk menjadi kesaksian. Meskipun dari luar semua itu kelihatannya tidak penting, ketika hal-hal ini terjadi, semua ini menunjukkan apakah engkau mengasihi Tuhan atau tidak. Jika engkau mengasihi-Nya, engkau akan mampu berdiri teguh dalam kesaksianmu bagi-Nya, dan jika engkau belum menerapkan kasih kepada-Nya, ini menunjukkan bahwa engkau bukan orang yang melakukan kebenaran, bahwa engkau tidak memiliki kebenaran, dan tidak memiliki hidup. Engkau hanyalah sekam! Segala sesuatu yang terjadi kepada orang-orang terlaksana saat Tuhan mengharuskan mereka untuk berdiri teguh dalam kesaksian mereka bagi Dia. Meskipun tidak ada hal besar yang terjadi kepadamu saat ini dan engkau tidak menjadi kesaksian yang besar, setiap detail kehidupanmu sehari-hari adalah kesaksian bagi Tuhan. Jika engkau dapat membuat saudara-saudari, anggota keluarga, dan semua orang di sekitarmu kagum; jika pada suatu hari orang tidak percaya datang, dan mengagumi semua hal yang kaulakukan, dan melihat bahwa semua yang Tuhan lakukan menakjubkan, berarti engkau telah menjadi kesaksian. Walaupun engkau tidak memiliki pengertian dan kualitasmu rendah, melalui penyempurnaan Tuhan atas dirimu, engkau akan mampu memuaskan Dia dan memperhatikan kehendak-Nya, menunjukkan kepada orang lain pekerjaan besar apa yang telah Dia lakukan dalam diri orang-orang dengan kualitas terburuk. Ketika orang mulai mengenal Tuhan dan menjadi para pemenang di hadapan Iblis, luar biasa setia kepada Tuhan, maka tidak ada yang lebih pemberani daripada sekelompok orang ini, dan inilah kesaksian yang terbesar. Meskipun Ayub tidak pernah melihat Tuhan atau mendengar firman Tuhan dengan telinganya sendiri, Tuhan memiliki tempat di hati Ayub. Bagaimana sikap Ayub terhadap Tuhan? Sikap Ayub, seperti yang disebutkan sebelumnya, adalah, "terpujilah nama Yahweh". Pujiannya bagi nama Tuhan tanpa syarat, tidak memedulikan keadaan, dan tanpa alasan. Kita melihat bahwa Ayub telah memberikan hatinya kepada Tuhan, yang memungkinkannya untuk dikendalikan oleh Tuhan; semua yang dia pikirkan, semua yang dia putuskan, dan semua yang dia rencanakan dalam hatinya dibukakan kepada Tuhan dan tidak ditutup-tutupi dari Tuhan. Hatinya tidak berseberangan dengan Tuhan, dan dia tidak pernah meminta Tuhan untuk melakukan apa pun untuknya atau memberi apa pun kepadanya, dan dia tidak memendam hasrat berlebihan bahwa dia akan mendapatkan apa pun dari penyembahannya kepada Tuhan. Ayub tidak bernegosiasi dengan Tuhan, dan tidak mengajukan permintaan atau tuntutan kepada Tuhan. Dia memuji nama Tuhan karena kuasa dan otoritas Tuhan yang luar biasa dalam mengatur segala sesuatu, dan itu tidak bergantung pada apakah dia mendapatkan berkat atau ditimpa oleh bencana. Dia percaya bahwa terlepas dari apakah Tuhan memberkati orang atau mendatangkan bencana atas mereka, kuasa dan otoritas Tuhan tidak akan berubah, sehingga, bagaimana pun keadaan seseorang, nama Tuhan harus dipuji. Orang tersebut diberkati oleh Tuhan karena kedaulatan Tuhan, dan saat kemalangan menimpa manusia, itu juga terjadi karena kedaulatan Tuhan. Kuasa dan otoritas Tuhan berkuasa dan mengatur segala sesuatu tentang manusia; perubahan yang tak terduga pada kekayaan manusia adalah perwujudan dari kuasa dan otoritas Tuhan, dan apa pun sudut pandang seseorang, nama Tuhan harus dipuji. Inilah yang dialami oleh Ayub dan yang semakin diketahuinya selama tahun-tahun hidupnya. Seluruh pikiran dan tindakan Ayub sampai ke telinga Tuhan dan sampai di hadapan Tuhan, dan dipandang penting oleh Tuhan. Tuhan menghargai pengetahuan Ayub ini, dan menghargai Ayub karena memiliki hati seperti itu. Hati seperti ini senantiasa menantikan perintah Tuhan, dan di segala tempat, serta kapan dan di mana pun, hati seperti ini menyambut apa pun yang terjadi pada dirinya. Ayub tidak mengajukan tuntutan apa pun kepada Tuhan. Yang dia tuntut dari dirinya sendiri adalah menunggu, menerima, menghadapi, dan menaati seluruh pengaturan yang berasal dari Tuhan; Ayub percaya ini adalah tugasnya, dan itulah yang justru diinginkan oleh Tuhan. Dalam kepercayaannya kepada Tuhan, Petrus berusaha memuaskan Tuhan dalam segala hal, dan berusaha menaati segala sesuatu yang berasal dari Tuhan. Tanpa keluhan sedikit pun, ia sanggup menerima hajaran dan penghakiman, juga pemurnian, kesengsaraan, dan kekurangan dalam hidupnya, tak satu pun dari hal-hal itu yang dapat mengubah kasihnya kepada Tuhan. Bukankah inilah kasih kepada Tuhan yang sesungguhnya? Bukankah inilah pemenuhan tugas makhluk ciptaan Tuhan? Baik dalam hajaran, penghakiman, ataupun kesengsaraan—engkau selalu mampu mencapai ketaatan sampai mati, dan inilah yang harus dicapai oleh makhluk ciptaan Tuhan, inilah kemurnian kasih kepada Tuhan. Jika manusia dapat mencapai sejauh ini, dialah makhluk ciptaan Tuhan yang memenuhi syarat, dan tak ada yang lebih memuaskan keinginan Sang Pencipta. Bayangkan engkau dapat bekerja bagi Tuhan, tetapi engkau tidak menaati Tuhan, dan tak mampu sungguh-sungguh mengasihi Tuhan. Dengan demikian, engkau bukan saja tidak memenuhi tugasmu sebagai makhluk ciptaan Tuhan, tetapi engkau juga akan dikutuk oleh Tuhan, karena engkau seorang yang tidak memiliki kebenaran, yang tidak mampu menaati Tuhan, dan yang tidak taat kepada Tuhan. Engkau hanya menghiraukan soal bekerja bagi Tuhan, dan tidak menghiraukan tentang menerapkan kebenaran, atau mengenal dirimu sendiri. Engkau tidak memahami ataupun mengenal Sang Pencipta, dan tidak menaati ataupun mengasihi Sang Pencipta. Engkau adalah seorang yang pada dasarnya tidak taat kepada Tuhan, dan orang seperti itu bukanlah orang yang dikasihi Sang Pencipta. Hanya Mereka yang Tunduk pada Kedaulatan Sang Pencipta yang Bisa Mendapatkan Kebebasan Sejati Karena orang tidak mengakui pengaturan Tuhan dan kedaulatan Tuhan, mereka selalu menghadapi nasib dengan menentang dan dengan sikap memberontak, dan mereka selalu ingin menyingkirkan otoritas dan kedaulatan Tuhan dan hal-hal yang telah ditentukan sebagai nasib mereka, berharap dengan sia-sia untuk mengubah keadaan mereka saat ini dan mengubah nasib mereka. Namun, mereka tidak pernah bisa berhasil dan mereka gagal pada setiap kesempatan. Pergumulan ini, yang terjadi jauh di dalam jiwa seseorang, mendatangkan rasa sakit mendalam yang terasa seakan tulang-tulang mereka telah diukir, pada saat hidup mereka digerogotinya. Apa penyebab kesakitan ini? Apakah karena kedaulatan Tuhan, ataukah karena seseorang dilahirkan tidak beruntung? Jelaslah bahwa keduanya tidak benar. Pada dasarnya, ini disebabkan oleh jalan yang orang ambil, cara-cara yang mereka pilih untuk menjalani hidup mereka. Sebagian orang mungkin tidak menyadari hal-hal ini. Namun, jika engkau sungguh-sungguh mengetahui, jika engkau sungguh-sungguh mengakui bahwa Tuhan berdaulat atas nasib manusia, jika engkau sungguh-sungguh memahami bahwa segala sesuatu yang telah Tuhan rencanakan dan putuskan bagimu itu memberikan manfaat dan perlindungan yang besar, engkau akan merasakan kesakitanmu mulai mereda, dan seluruh keberadaan dirimu menjadi relaks, bebas, dimerdekakan. Menilik keadaan kebanyakan orang, mereka secara objektif tidak bisa benar-benar memahami nilai praktis dan makna kedaulatan Sang Pencipta atas nasib manusia, walaupun pada tingkatan yang subjektif, mereka tidak ingin terus hidup seperti cara hidup mereka sebelumnya dan menginginkan kelepasan dari kepedihan mereka; secara objektif mereka tidak bisa benar-benar mengakui dan tunduk pada kedaulatan Sang Pencipta, dan terlebih lagi, mereka tidak tahu bagaimana mencari dan menerima penataan dan pengaturan Sang Pencipta. Jadi, jika orang tidak dapat benar-benar menyadari fakta bahwa Sang Pencipta berdaulat atas nasib manusia dan atas segala hal yang berkenaan dengan manusia, jika mereka tidak dapat benar-benar tunduk pada kekuasaan Sang Pencipta, akan sulit bagi mereka untuk tidak dikendalikan dan dibelenggu oleh gagasan bahwa "nasib orang berada di tangannya sendiri". Akan sulit bagi mereka untuk menyingkirkan kepedihan dari pergumulan hebat mereka melawan nasib dan otoritas Sang Pencipta, dan tentu saja, akan sulit bagi mereka untuk menjadi benar-benar bebas dan dimerdekakan, untuk menjadi orang-orang yang menyembah Tuhan. Namun, ada cara yang sangat sederhana untuk membebaskan diri seseorang dari keadaan ini, yakni mengucapkan selamat tinggal pada cara hidupnya yang lama, pada tujuan hidupnya yang lama; merangkum dan menganalisis gaya hidup, pandangan hidup, pengejaran, hasrat, dan cita-cita mereka yang sebelumnya; lalu kemudian membandingkan hal-hal tersebut dengan kehendak dan tuntutan Tuhan terhadap manusia, dan melihat apakah ada dari hal-hal tersebut yang sejalan dengan kehendak dan tuntutan Tuhan, apakah ada dari hal-hal tersebut yang menyampaikan nilai-nilai hidup yang benar, yang menuntun orang pada pemahaman yang lebih baik akan kebenaran, dan memampukan orang untuk hidup dengan kemanusiaan dan keserupaan dengan seorang manusia. Ketika engkau berulang kali menyelidiki dan dengan saksama membedah berbagai tujuan yang dikejar orang dalam hidup beserta berbagai cara-cara hidup mereka, engkau akan mendapati bahwa tidak ada satu pun dari semua iu yang sesuai dengan maksud mula-mula Sang Pencipta ketika Dia menciptakan umat manusia. Semua itu menjauhkan orang dari kedaulatan dan pemeliharaan Sang Pencipta; semua itu adalah perangkap yang menyebabkan orang menjadi bejat, dan yang menuntun mereka ke neraka. Setelah engkau mengakui ini, tugasmu adalah menyingkirkan pandangan hidupmu yang lama, menjauhi berbagai perangkap, membiarkan Tuhan mengendalikan hidupmu dan membuat pengaturan bagimu; tugasmu hanyalah berusaha untuk tunduk pada pengaturan dan bimbingan Tuhan, untuk hidup tanpa memiliki pilihan pribadi, dan menjadi seseorang yang menyembah Tuhan. Ini terdengar mudah, tetapi ini hal yang sulit untuk dilakukan. Ada orang yang mampu menanggung rasa sakitnya, ada yang tidak. Ada yang bersedia untuk taat, ada yang tidak. Mereka yang tidak bersedia, tidak memiliki hasrat dan tekad untuk melakukannya; mereka dengan jelas menyadari akan kedaulatan Tuhan, benar-benar tahu bahwa Tuhanlah yang merencanakan dengan saksama dan mengatur nasib manusia, tetapi mereka tetap memprotes dan bergumul dan tetap tidak merasa tenang jika meletakkan nasib mereka dalam tangan Tuhan dan tunduk pada kedaulatan Tuhan; bahkan, mereka membenci penataan dan pengaturan Tuhan. Jadi, akan selalu ada beberapa orang yang ingin melihat sendiri apa yang mampu mereka lakukan; mereka ingin mengubah nasib dengan kedua tangan mereka sendiri, atau mencapai kebahagiaan dengan kekuatan mereka sendiri, melihat apakah mereka bisa melangkahi batas otoritas Tuhan dan melampaui kedaulatan Tuhan. Tragedi manusia bukanlah karena ia mencari kehidupan yang bahagia, bukan karena ia mengejar ketenaran dan kekayaan atau memberontak terhadap nasibnya melewati kabut, melainkan karena setelah ia melihat keberadaan Sang Pencipta, setelah mengetahui fakta bahwa Sang Pencipta berdaulat atas nasib manusia, ia tetap tidak bisa memperbaiki cara hidupnya, tidak bisa menarik kakinya dari dalam lumpur, malahan mengeraskan hati dan bersikeras dalam kesalahannya. Ia lebih suka terus meronta-ronta di dalam lumpur, berupaya dengan keras kepala melawan kedaulatan Tuhan, menentangnya sampai akhir yang pahit, melakukan semua itu tanpa sedikit pun penyesalan. Hanya ketika ia telah terkapar hancur dan berdarah, barulah ia akhirnya memutuskan untuk menyerah dan berbalik arah. Inilah kepiluan manusia yang sebenarnya. Jadi Aku berkata, mereka yang memilih untuk tunduk adalah orang-orang bijaksana, sedangkan yang memilih untuk melawan dan melarikan diri adalah orang-orang bodoh.
pemimpinbukan atas inisiatifnya sendiri. Musa menjadi pemimpin bukan karena ia mengajukan dirinya untuk menjadi pemimpin, tetapi Allah yang memanggilnya secara khusus. Pemanggilan tersebut nampak jelas seperti yang dicatat dalam Keluaran 3: 10-12 demikian: 10Jadi sekarang, pergilah, Aku mengutus engkau kepada Firaun Pengertian Kedaulatan Tuhan dan Teorinya. Berdasarkan sejarah, teori kedaulatan tuhan adalah teori kedaulatan paling tua dibandingkan dengan teori kedaulatan lainnya. Dalam teori kedaulatan tuhan, tuhan lah yang mempunyai kuasa terhadap segala alam dan manusia dimuka bumi. Definisi Kedaulatan Tuhan Kedaulatan tuhan adalah dimana kekuasaan tertinggi suatu negara , di pegang oleh raja, yang di klaim sebagai keturunan dewa atau raja. Oleh sebab itu, negara dan pemerintah negara harus mewakili Tuhan di dalam menjalankan hukum Tuhan di dunia. Negara yang menganut paham kedaulatah Tuhan disebut negara teokrasi. Contohnya adalah Belanda dan Swis pada masa pemerintahan pengikut Juga Pengertian Kedaulatan Negara Teori kedaulatan tuhan Teori kedaulatan Tuhan adalah sebuah teori yang dikemukakan tokoh penganut-penganut teori teokrasi. Sebagian dari Pendapat mereka sebenarnya sama. Tuhan ditetapkan sebagai pemilik kekuasaan yang tertinggi. Akan tetapi persoalan yang diperdebatkan adalah siapa di dunia ini yang mewakili Tuhan, Raja ataukah Paus. Menurut Agustinus 354-430 M berpendapat bahwa Paus adalah orang yang mewakili Tuhan di dunia, atau bisa dimaksud dengan di suatu negara. Pemikiran beliau ini tertulis di dalam sebuah karya tulisnya yang berjudul City of God Kerajaan Tuhan.Baca Juga Pengertian Kedaulatan Rakyat Dalam UUD 1945 Menurut Thomas Aquinas 1225-1274 M dengan teori baru dalam kadaulatan Tuhan. Beliau mengatakan sebuah teori bahwa kekuasaan raja dan Paus itu sama, hanya saja perbedaannya berada ditugasnya yaitu raja di lapangan keduniawian, sedangkan Paus di lapangan keagamaan. Menurut Marsilius 1280-1343 M mengajarkan teori baru yaitu kekuasaan tidak dimiliki seorang Paus, akan tetapi dimiliki negara atau raja. Menurut ajaran Marsilius, raja adalah wakil daripada Tuhan untuk melaksanakan kedaulatan atau memegang kedaulatan di dunia Juga Seputar Pengertian Kedaulatan Perkembangan teori ini berjalan bersama dengan perkembangan agama baru pada masa itu, yaitu agama Kristen, yang diorganisir pihak gereja yang dikepalai oleh Paus. Pada masa itu, negara-negara Eropa dijalankan oleh dua organisasi kenegaraan, yaitu pihak gereja yang dikepalai oleh Paus, dan pihak negara yang dikepalai oleh raja-raja sesuai dengan daerah masing-masing. Ini disebabkan oleh agama Kristen adalah agama resmi negara-negara di Eropa pada masa itu setelah perjuangan yang kuat dari pihak gereja dalam menyebarkan agama Kristen melawan kepercayaan patheisme atau paganisme yang dipegang oleh raja-raja yang menganggap bahwa Kristen mengancam kewibawaan Juga Pengertian Kedaulatan Hukum Dan Teorinya Pada saat Kristen berhasil menjadi agama resmi negara-negara di Eropa, gereja pun mulai mendapat kekuasaan dalam mengatur negara, bukan saja urusan keagamaan, akan tetapi urusan keduniawian juga. Maka tidaklah jarang terjadi dua peraturan dalam satu hal. Satu peraturan dari raja, dan kedua peraturan dari gereja. Selama peraturan tersebut tidak berbenturan, maka tidak menjadi masalah. Tetapi, apabila kedua peraturan itu saling bertentangan, maka barulah timbul persoalan, peraturan manakah yang patut dipatuhi. Maka peraturan yang paling tinggilah yang akan diberlakukan. Persoalan inilah juga yang menjadi penyebab munculnya perdebatan soal kedaulatan Tuhan. Selanjutnya, dengan munculnya teori yang dibawa oleh Marsilius, pemerintahan di Eropa menjadi berubah. Dulunya sebuah pemerintah yang sangat menghormati pihak gereja Catolik Roma, sekarang berubah menjadi pemerintahan yang diperintah oleh raja yang kekuasaannya digerakkan dengan cara absolut. Karena seorang raja tidak merasa bertanggung jawab kepada siapa pun kecuali Tuhan. Mereka merasa berhak untuk melakukan apa saja. Kenyataan ini terlihat jelas pada zaman renaissance. Sumber dan dikutip dari berbagai sumber Kedaulatanterdiri atas kedaulatan ke dalam dan ke luar. Kedaulatan ke dalam, yaitu kedaulatan untuk mengatur fungsi-fungsi alat perlengkapan negara.[173] Kedaulatan ke luar, yaitu wewenang suatu negara untuk melakukan tindakan atau hubungan ke luar dengan negara lain. Kedaulatan harus dijaga agar tidak dirampas dan di ganggu oleh negara lain.

Tidak Seorang pun Dapat Mengubah Fakta bahwa Tuhan Berdaulat atas Nasib Manusia Sederhananya, di bawah otoritas Tuhan, setiap orang secara aktif atau pasif menerima kedaulatan dan penataan-Nya, dan tidak peduli bagaimana seseorang bergumul dalam perjalanan hidupnya, tidak peduli seberapa bengkok jalan yang ia tapaki, pada akhirnya ia akan kembali kepada orbit nasib yang telah digariskan oleh Sang Pencipta terhadap dirinya. Inilah otoritas Sang Pencipta yang tidak terlampaui, inilah cara otoritas-Nya mengendalikan dan menguasai alam semesta. Sifat tidak terlampaui ini, wujud kendali dan pimpinan ini, yang bertanggung jawab atas hukum-hukum yang mengatur kehidupan segala hal, yang memungkinkan manusia berpindah-pindah berulang kali tanpa kendala, yang membuat dunia berputar secara teratur dan bergerak maju, hari demi hari, tahun demi tahun. Engkau sekalian telah menyaksikan semua fakta ini dan memahaminya, baik secara dangkal maupun mendalam; kedalaman pemahamanmu bergantung pada pengalaman dan pengetahuanmu akan kebenaran, serta pengenalanmu akan Tuhan. Seberapa baik engkau mengetahui realitas kebenaran, seberapa jauh engkau telah mengalami firman Tuhan, seberapa baik engkau mengenal hakikat dan watak Tuhan—hal-hal tersebut menunjukkan kedalaman pemahamanmu akan kedaulatan dan penataan Tuhan. Apakah keberadaan kedaulatan dan penataan Tuhan bergantung pada ketundukan manusia terhadapnya? Apakah fakta bahwa Tuhan memiliki otoritas demikian ditentukan oleh ketundukan manusia terhadapnya? Otoritas Tuhan ada terlepas dari segala kondisi dan keadaan; dalam situasi apa pun, Tuhan memerintah dan menata nasib setiap manusia dan segala hal lain berdasarkan pikiran-Nya dan keinginan-Nya. Ini hal yang tidak akan berubah hanya karena manusia berubah. Ini terpisah dari kehendak manusia, tidak bisa dipengaruhi oleh perubahan waktu, ruang, dan geografi, karena otoritas Tuhan itu sendirilah hakikat-Nya. Apakah manusia mampu mengenal dan menerima kedaulatan Tuhan, dan apakah ia dapat tunduk terhadap kedaulatan tersebut, ini sama sekali tidak mengubah fakta akan kedaulatan Tuhan terhadap nasib manusia. Dengan kata lain, tidak peduli bagaimana sikap manusia terhadap kedaulatan Tuhan, itu tidak dapat mengubah fakta bahwa Tuhan berdaulat atas nasib manusia dan atas segala hal. Bahkan bila engkau tidak tunduk kepada kedaulatan Tuhan, Ia masih memimpin nasibmu; bahkan bila engkau tidak mengenal kedaulatan-Nya, otoritas-Nya tetap ada. Otoritas Tuhan dan fakta akan kedaulatan Tuhan atas nasib manusia adalah hal yang terpisah dari kehendak manusia, yang tidak berubah menuruti kemauan dan pilihan manusia. Otoritas Tuhan berada di segala tempat, pada setiap jam, dan setiap saat. Kalaupun langit dan bumi musnah, otoritas-Nya tidak akan hilang, karena Ia adalah Tuhan itu Sendiri, Ia memiliki otoritas yang unik, otoritas-Nya tidak dibatasi atau dilarang oleh orang-orang, peristiwa, ruang atau geografi. Sepanjang waktu Tuhan memegang otoritas-Nya, menunjukkan kekuatan-Nya, melanjutkan pekerjaan pengelolaan-Nya seperti biasa; sepanjang waktu Ia memerintah di atas segala hal, membekali segala hal, mengatur segala hal, sebagaimana yang selalu Ia lakukan. Tidak ada yang dapat mengubahnya. Inilah fakta; kebenaran yang tidak pernah berubah sejak permulaan waktu! Sikap dan Penerapan yang Benar bagi Seseorang yang Ingin Tunduk kepada Otoritas Tuhan Dengan sikap seperti apa seharusnya manusia sekarang mengenal dan memandang otoritas Tuhan beserta fakta akan kedaulatan Tuhan atas nasib manusia? Inilah masalah nyata yang menghadang setiap orang. Ketika menghadapi masalah kehidupan sebenarnya, bagaimana harusnya engkau mengenal dan memahami otoritas Tuhan dan kedaulatan-Nya? Ketika engkau tidak tahu bagaimana memahami, mengatasi dan mengalami masalah-masalah ini, sikap bagaimana yang harus engkau ambil untuk menunjukkan niat, keinginan, dan realitas ketundukanmu terhadap kedaulatan dan penataan Tuhan? Pertama-tama, engkau harus belajar menunggu; selanjutnya engkau harus belajar mencari; kemudian engkau harus belajar tunduk. "Menunggu" berarti menunggu waktu Tuhan, menanti orang-orang, peristiwa, dan hal-hal yang telah ia atur bagimu, menanti kehendak-Nya untuk secara bertahap terungkap sendiri bagimu. "Mencari" berarti mengamati dan memahami kehendak bijaksana-Nya atasmu melalui orang-orang, peristiwa, dan hal-hal yang telah Ia tata, lalu memahami kebenaran melalui mereka, mengerti apa yang harus dicapai manusia dan jalan-jalan yang harus ia jaga, mengerti hasil seperti apa yang ingin diperoleh Tuhan di dalam manusia dan pencapaian seperti apa yang ingin Ia dapatkan dalam manusia. "Tunduk," tentunya, merujuk pada tindakan menerima orang-orang, peristiwa, dan hal-hal yang telah Tuhan atur, menerima kedaulatan-Nya, dan oleh hal-hal tersebut menjadi tahu bagaimana Tuhan mengatur nasib manusia, menjadi tahu bagaimana Ia membekali manusia dengan hidup-Nya, bagaimana Ia memasukkan kebenaran dalam manusia. Segala hal di bawah penataan dan kedaulatan Tuhan patuh terhadap hukum-hukum alam, dan apabila engkau memutuskan untuk membiarkan Tuhan menata dan mengatur semuanya bagimu, engkau harus belajar menunggu, engkau harus belajar mencari, dan engkau harus belajar tunduk. Inilah tindakan yang harus diambil oleh setiap orang yang ingin tunduk kepada otoritas Tuhan, inilah kualitas dasar yang harus dimiliki setiap orang yang ingin menerima kedaulatan dan penataan Tuhan. Demi mendapatkan sikap demikian, memiliki kualitas demikian, engkau sekalian harus bekerja lebih keras; dan hanya dengan begitu engkau sekalian dapat memasuki realitas sejati.

Kedaulatanberarti kekuasaan, dan kedaulatan Allah berarti aturan Tuhan bahwa atas ciptaan-Nya dengan kekuasaan absolut dan otoritas. Dia menentukan apa yang akan terjadi, dan itu tidak terjadi.Allah tidak takut, frustrasi, atau dikalahkan oleh keadaan, oleh dosa, atau oleh pemberontakan makhluk-Nya.

Berdasarkan sejarahnya, teori kedaulatan tuhan merupakan teori kedaulatan yang paling tua daripada jenis teori kedaulatan lainnya. Di dalam teori kedaulatan tuhan, tuhanlah yang memiliki kuasa terhadap segala hal, baik itu alam, manusia, dan apapun yang ada di muka bumi ini. Pada pembahasan kali ini, kita akan membahas lebih lengkap mengenai kedaulatan tuhan dan beberapa jenis teori kedaulatan lain. Namun sebelum itu, yuk kita pahami dulu apa yang dimaksud dengan teori kedaulatan. Pengertian Teori KedaulatanDefinisi Kedaulatan TuhanTeori Kedaulatan TuhanJenis-jenis Teori Kedaulatan1. Teori Kedaulatan Raja2. Teori Kedaulatan Rakyat3. Teori Kedaulatan Negara4. Teori Kedaulatan HukumKategori BiografiMateri Terkait Sebelum membahas lebih lanjut mengenai teori kedaulatan tuhan dan jenis teori kedaulatan lainnya, kita akan membahas terlebih dulu mengenai pengertian dari kedaulatan itu sendiri. Jadi, secara etimologi, kedaulatan memiliki arti kekuasaan tertinggi dan diambil dari Bahasa Arab yakni daulah yang artinya kekuasaan. Sedangkan di dalam Bahasa Latin, supremus yang artinya tertinggi. Apabila di dalam Bahasa Latin kedautalan itu supremus dan artinya tertinggi, maka di dalam Bahasa Inggris, kedaulatan adalah souveregnty, lalu di dalam Bahasa Jerman adalah soyvereniteit, dan di dalam Bahasa Belanda adalah souveranete. Sementara itu, di dalam Bahasa Indonesia yang diambil dari Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, kedaulatan memiliki arti kekuasaan tertinggi atas pemerintahan negara, daerah, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, kedaulatan merupakan kekuasaan tertinggi yang ada di dalam sebuah negara dan dijalankan oleh sistem pemerintahan yang ada di negara tersebut. Seperti yang kita pahami bahwa kedaulatan berhubungan atau mempunyai kaitan dengan negara atau pemerintah. Sehingga hampir semua ahli tata negara membahas mengenai teori kedaulatan ini, terlebih tentang sumber kekuasaan negara. Pada dasarnya, pembahasan mengenai kedaulatan yang ada di suatu negara sudah terjadi sangat lama, terutama dikalangan ahli tata negara. Dikutip dari sebuah buku yang diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang berjudul Tunduk pada Negara Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan PPKn Paket B kELAS ix, Plato mengatakan bahwa sumber kekuasaan negara adalah bukan pangkat, kedudukan, ataupun jabatan, juga bukan harta yang dimiliki serta kekayaan, dan bukan juga dewa atau apa saja yang dianggap ilahi. Plato merupakan seorang pemikir ketatanegaraan yang berasal dari Yunani. Tak hanya itu saja, dikutip dari buku yang sama, Plato juga membedakan kekuasaan negara menjadi dua bagian, yakni pathein dan bia. Pathein merupakan suatu kekuasaan negara yang memiliki fungsi untuk mempunyai kewenangan dalam mengatur urusan yang ada di dalam negeri dengan cara persuasi. Sementara bia merupakan suatu kekuasaan negara yang berfungsi untuk mengurus urusan luar negeri dan biasanya disebut dengan istilah kedaulatan ke luar. Berbeda dengan gurunya yakni Aristoteles yang merupakan seorang murid dari Plato mengungkapkan sumber kekuasaan negara berasal dari hukum. Dikutip dari sebuah buku yang diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan judul Tunduk pada Negara Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan PPKn Plato mengatakan bahwa hukum yang dijadikan sebagai sumber kekuasaan negara akan mewujudkan berbagai hal diantaranya yaitu 1. Hukum bisa menumbuhkan moralitas yang terpuji dan juga keadaban yang tinggi, baik untuk yang memerintah atau yang diperintah. 2. Dengan adanya moralitas yang tinggi, maka kita bisa mencegah supaya pemerintah tidak berlaku seenaknya atau sewenang-wenangnya. 3. Apabila pemerintah tidak berlaku seenaknya atau tugas yang mereka jalankan tidak menyimpang, maka pemerintah akan memperoleh sambutan yang positif dari warna negaranya. 4. Dengan sistem pemerintahan yang baik dan benar serta tugas yang dijalankan tidak menyimpang, maka akan memunculkan keharmonisan antara pemerintah dan juga warga negara. Hal yang harus digarisbawahi dalam kedaulatan negara yaitu tujuan dari kedaulatan negara itu sendiri. Untuk tujuan utama dari terbentuknya suatu kedaulatan negara adalah kesejahteraan umum. Di dalam suatu kedaulatan negara, tentunya akan ada pemegang kdaulatan atau seseorang yang memegang kekuasaan tertinggi dalam sebuah negara. Definisi Kedaulatan Tuhan Kedaulatan tuhan merupakan sebuah kedaulatan yang mana kekuasaan tertinggi dari suatau negara dipegang oleh raja, yang dianggap sebagai keturunan dewa atau raja. Oleh karena itu, negara dan juga pemerintah harus mewakili Tuhan dalam menjalankan semua hukum Tuhan di dunia ini. Adapun negara yang menganut paham ini disebut dengan negara teokrasi. Misalnya saja yaitu Belanda dan Swis pada masa pemerintahan pengikut Calvin. Teori Kedaulatan Tuhan Teori kedaulatan tuhan merupakan sebuah teori yang dicetuskan oleh penganut-penganut teori teokrasi. Sebagian dari pendapat mereka sebenarnya hampir sama. Tuhan ditetapkan sebagai pemilik kekuasaan tertinggi. Namun, persoalan yang diperdebatkan yaitu siapa di dunia ini yang bisa mewakili Tuhan, Raja atau Paus? Menurut Agustinus 354-430 M beranggapan bahwa Paus merupakan orang yang bisa mewakili Tuhan di dunia, atau di suatu negara. Pemikirannya ini tertulis di dalam sebuah karya tulisnya yang diberi judul City of God atau Kerajaan Tuhan. Kemudian menurut Thomas Aquinas 1225-1274M dengan teori barunya yang ada di dalam kedaulatan tuhan. Ia mencetuskan sebuah teori bawh kekuasaan raja dan juga Paus itu sebenarnya sama, hanya saja perbedaannya ada di tugasnya saja, yakni raja di lapangan keduniawian, sementara Paus di lapangan keagamaan. Menurut Marisilus 1280-1343 M mengajarkan tentang teori baru yakni kekuasaan tidak dimiliki oleh seorang Paus, namun dimiliki oleh negara atau raja. Menurut ajaran Marsilius, raja merupakan wakil dari Tuhan untuk melaksanakan kedaulatan ataupun memegang kedaulatan di dunia ini. Perkembangan tersebut sejalan dengan perkembangan agama baru pada saat itu, yakni agama Kristen, yang mana diorganisir pihak gereja yang dikepalai oleh Paus. Pada saat itu, negara-negara yang ada di Eropa dijalankan oleh dua organisasi kenegaraan, yakni pihak gereja yang dikepalai oleh Paus, dan juga pihak negara yang dikepalai oleh raja-raja sesuai dengan daerahnya masing-masing. Hal tersebut disebabkan oleh agama Kristen yakni agam resmi negara-negara di Eropa pada saat itu setelah adanya perjuangan yang kuat dari pihak gereja dalam menyebarkan agama Kristen melawan kepercayaan patheisme atau paganisme yang dipegang oleh raja-raja yang menilai bahwa Kristen akan mengancam kewibawaan raja. Ketika Kristen berhasil menjadi agama resmi di negara-negara yang ada di Eropa, gereja mulai memperoleh kekuasaan dalam mengatur negara, bukan hanya urusan keagamaan saja, tapi juga urusan keduniawian. Maka tidak jarang terjadi dua peraturan dalam satu hal. Satu peraturan yang berasal dari raja, dan kedua peraturan berasal dari gereja. Selama peraturan tersebut tidak berbenturan, maka tidak akan menjadi masalah. Namun, bila kedua peraturan tersebut saling bertentangan, maka akan terjadi masalah, peraturan manakah yang harus dipatuhi. Maka dari itu, peraturan yang paling tinggilah yang akan diterapkan. Masalah inilah yang kemudian menjadi penyebab munculnya perdebatan mengenai kedaulatan tuhan. Kemudian dengan munculnya teori yang dibawa oleh Marsilius, pemerintahan di Eropa menjadi berubah. Dulu, sebuah pemerintah akan sangat menghormati pihak gereja Catolik Roma, namun sekarang berubah menjadi pemerintahan yang diperintah oleh raja yang mana kekuasaannya digerakkan dengan cara absolut. Sebab, seorang raja tidak merasa bertanggung jawab kepada siapapun kecuali Tuhan. Mereka merasa berhak untuk melakukan apapun, dimana kenyataan tersebut tampak jelas pada zaman renaissance. Jenis-jenis Teori Kedaulatan Jenis teori kedaulatan bukan hanya teori kedaulatan tuhan saja, tapi masih ada beberapa jenis teori kedaulatan lain seperti teori kedaulatan raja, rakyat, negara, dan hukum. Berikut ini adalah penjelasan mengenai jenis-jenis teori kedaulatan tersebut, antara lain 1. Teori Kedaulatan Raja Jenis teori kedaulatan yang pertama adalah teori kedaulatan raja. Seperti yang kita pahami bahwa kedaulatan di suatu negara pasti ada pemegang kekuasaannya. Berdasarkan teori tersebut, kekuasaan tertinggi di suatu negara berada di tangan raja. Oleh sebab itu, raja akan sangat berperan penting dalam membuat peraturan dan mengatur rakyatnya. Hal tersebut sangat penting untuk dilakukan oleh raja supaya rakyatnya sejahtera. Sehingga negara tersebut dapat berdiri dengan kokoh dan kuat. Oleh karena itu, sebuah negara yang menganut kedaulatan raja ini kerap dikatakan sebagai negara monarki. Di dalam teori kedaulatan ini, rakyat akan mempercayakan raja untuk membuat berbagai macam aturan yang berhubungan dengan sistem tata negara. Dengan kata lain, rakyat akan dipaksa untuk mengikuti semua aturan yang sudah ditetapkan oleh raja. Namun, di zaman sekarang ini, kedaulatan raja sudah mulai ditinggalkan oleh beberapa negara dengan alasan karena kedaulatan raja dapat memunculkan sebuah kekuasaan yang absolut atau bahkan dapat menyebabkan sistem otoriter di dalam suatu negara. Walaupun sudah mulai ditinggalkan oleh beberapa negara, seperti Jerman dan Perancis, pada masa pemerintahan Hitler, namun saat ini masih ada beberapa negara yang menggunakan kedaulatan raja di dalam sistem pemerintahannya. Untuk negara-negara yang masih menggunakan kedaulatan raja antara lain Thailan, Brunei Darussalam, dan lain sebagainya. Negara Thailand dan juga Brunei Darussalam memang menggunakan sistem pemerintahan raja, namun dalam menjalankan setiap tugas negara, mereka masih dibandtu oleh perdana menteri. Untuk penemu dan juga pelopor dari teori kedaulatan raja ini yaitu Niccolo Machiavelli. Ia mengungkapkan teori yang satu ini melalui karyanya yang berjudul II Principle. Menuru Niccollo, menganggap bahwa raja adalah seorang pemegang kekuasaan yang mutlak dalam suatu negara. Sementara untuk beberapa tokoh yang menganut kedaulatan raja ini yaitu Thomas Hobbes, Jean Bodin, dan juga F. Hegel. 2. Teori Kedaulatan Rakyat Jenis teori kedaulatan berikutnya adalah teori kedaulatan rakyat. Teori kedaulatan rakyat merupakan sebuah teori yang mengatakan bahwa kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat. Walaupun kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat, namuan negara masih dipimpin oleh seroang pemimpin negara dan yang menjalankan sistem pemerintahan tetap diwakilkan oleh wakil rakyat. Para wakil rakyat tersebut ada di sebuah lembaga eksekutif dan juga lembaga legislatif. Adapun negara yang menganut sistem kedaulatan rakyat ini, maka setiap pemimpin negara dan juga wakil rakyatnya akan dipilih langsung oleh rakyat. Karena pemimpin dan juga wakil rakyat dipilih oleh rakyat, maka mereka wajib untuk melindungi hak-hak wakyat dan selalu mendengarkan aspirasi rakyat saat membuat suatu kebijakan ataupun aturan negara. Negara-negara yang menganut kedaulatan rakyat ini kerap disebut sebagai negara demokrasi. Pada negara yang menganut sistem demokrasi ini, warga negaranya berhak melakukan protes apabila kebijakan ataupun aturan yang dibuat oleh negara tidak sesuai dengan aspirasi rakyat ataupun hanya menguntungkan pihak tertentu saja. Untuk negara-negara yang menggunakan kedaulatan rakyat adalah Indonesia, Perancis, Amrika Serikat, dan lain sebagainya. Setiap negara yang menerapkan kedaulatan ini akan melaksanakannya atau menerapaknnya sesuai dengan ideologi masing-masing negara. Teori kedaulatan ini pertama kali ditemukan oleh beberapa tokoh, antara lain Johannes Althusius, Moestesquieu, Jean Jacques Rousseau, dan John Locke. 3. Teori Kedaulatan Negara Jenis teori kedaulatan selanjutnya adalah teori kedaulatan negara. Dimana teori kedaulatan negara ini merupakan teori yang menjelaskan bahwa kekuasaan tertinggi di suatu negara berasal dari kedaulatan negara. Menurut teori yang satu ini, negara memiliki hak untuk membuat sebuah aturan hukum yang berguna untuk menjaga keteraturan yang ada di dalam sebuah negara. Namun, hal yang perlu diperhatikan pada aturan hukum berdasarkan teori ini adalah negara mempunyai kedudukan terteuinggi dibandingkan dengan aturan hukum itu sendiri. Hal itu dikarenakan hukum merupakan sesuatu aturan yang dibuat oleh negara. Para pemimpin yang menggunakan teori ini ketika memimpin negaranya, umumnya mereka merupakan seorang diktator. Para pemimpin diktator ini akan berusaha untuk mendominasi sistem pemerintahan. Beberapa pemimpin diktator dapat kita temukan pada masa kepemimpinan Hitler, Raja Louis IV, dan juga Stain. Pada waktu itu, Hitler sangat mendominasi sistem pemerintahan yang ada di Jerman. Sementara Stain menjadi pemimpin diktator saat memimpin negara Rusia. Raja Louis IV ini adalah pemimpin diktator saat memimpin pemerintahan Perancis. Beberapa tokoh yang menganut teori kedaulatan ini adalah Paul Laband dan George Jelinek. Paul Laband lahir pada tahun 1879 dan meninggal dunia pada tahun 1958. Sementara George Jelinek lahir pada tahun 1851 dan meninggal dunia pada tahun 1911. 4. Teori Kedaulatan Hukum Jenis teori kedaulatan berikutnya adalah teori kedaulatan hukum. Dimana teori kedaulatan huku ini merupakan teori yang menjelaskan bahwa kekuasaan tertinggi di suatu negara ada di aturan hukum yang berlaku saat itu. Dengan kata lain, pada negara yang menganut kedaulatan hukum, maka hukum tersebut bisa dikatakan sebagai suatu landasan ataupun acuan dari kekuasaan dalam negara. Aturan hukum yang ada di sebuah negara kedaulatan hukum akan berjalan dengan baik apabila semua warna negara menaati aturan hukum tersebut, tidak terkecuali para pemimpin atau pemegang kekuasaan. Setiap warga negara yang melanggar hukum akan memperoleh sanksi yang telah ditetapkan di dalamaturan hukum tersebut. Teori kedaulatan hukum ini dianut oleh beberapa negara seperti Swiss, Indonesia, dan lainnya. Sedangkan beberapa tokoh yang menganut teori ini antara lain Immanuel Kant, Leon Duguit, Hugo de Groot, dan Krabbe. Seperti yang kita pahami bahwa setiap negara tentunya akan memilih teori kedauatannya sendiri sesuai dengan karakteristik dan juga ideologi dari negara itu sendiri. Setiap teori kedaulatan selalu berguna untuk mensejahterakan rakyatnya, meski ada beberapa teori yang sangat rentan memunculkan pemerintahan yang otoriter. Namun, teori-teori yang berpotensi menyebabkan terjadinya pemerintahan yang otoriter sudah mulai ditinggalkan oleh banyak negara. Bagi Grameds yang ingin mengetahui secara lebih mendalam tentang teori kedaulatan lainnya dapat membaca buku-buku terkait dengan mengunjungi Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi LebihDenganMembaca. ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah." Custom log Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda Tersedia dalam platform Android dan IOS Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis Laporan statistik lengkap Aplikasi aman, praktis, dan efisien
Firaunkhawatir bangsa Israel suatu saat akan membelot dan bersekutu dengan tentara musuh ketika bangsa Mesir sedang menghadapi peperangan. Oleh karena itu, Firaun melakukan hal-hal ini untuk menekan laju pertumbuhan penduduk Israel: 1. menempatkan pengawas-pengawas rodi untuk menindas bangsa Israel dengan paksa. 2. idj4G.
  • b3ks545zxz.pages.dev/327
  • b3ks545zxz.pages.dev/121
  • b3ks545zxz.pages.dev/531
  • b3ks545zxz.pages.dev/597
  • b3ks545zxz.pages.dev/29
  • b3ks545zxz.pages.dev/566
  • b3ks545zxz.pages.dev/860
  • b3ks545zxz.pages.dev/130
  • jelaskan kedaulatan tuhan atas tindakan firaun